It mengikuti jejak tujuh remaja di sebuah kota bernama Derry. Ada Bill (Jaeden Lieberher), Richie (Finn Wolfhard), Stanley (Wyatt Oleff), Eddie (Jack Dylan Grazer), Mike (Chosen Jacobs), Ben (Jeremy Ray Taylor) dan Beverly (Sophia Lillis). Orang-orang menyebut mereka sebagai The Losers Club.
Semua ini diawali oleh hilangnya adik Bill, George (Jackson Robert Scott), karena kemunculan badut mengerikan yang mengonsumsi anak-anak. Hilangnya banyak anak-anak juga semakin membuat kota tersebut semakin berduka. Kemudian satu per satu dari The Losers Club melihat penampakan aneh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
It adalah salah satu best-seller karya Stephen King yang pernah dibuatkan mini seri-nya pada tahun 1990. Penampilan Tim Curry sebagai badut Pennywise dalam film tersebut membuatnya menjadi icon horor yang terkenal. Kali ini peran badut Pennywise jatuh kepada Bill Skarsgard. Meskipun penampilan Bill Skarsgard tidak bisa mengungguli keseraman Tim Curry dalam versi 1990, tapi Bill Skarsgard berhasil membuat penonton mencengkeram kursi bioskop dalam versi terbaru ini. Bill Skarsgard mempunyai energi yang liar dan tawa yang mengerikan untuk membuat penonton tetap waspada sepanjang film.
Kemantapan suasana yang begitu menyeramkan dalam It versi baru ini adalah hasil tangan dingin sutradara Andy Muschietti. Mengambil alih proyek ini dari tangan Cary Fukunaga, Muschietti berhasil membangun atmosfer kota Derry menjadi kelap dan angker. Meskipun warna-warna yang ditonjolkan adalah warna-warna musim panas yang cerah ceria dengan matahari yang terang benderang, Muschietti tidak pernah kendor untuk meneror penonton. Bahkan ketika si badut meneror karakternya di terik matahari, rasa menyeramkan itu tetap terasa intens.
Yang membuat It tampak lezat adalah karena pembuat filmnya tidak menahan diri untuk menyuguhkan teror. Berbeda dengan versi 1990 yang dibuat lebih family-friendly, It yang terbaru ini memang berniat untuk memberikan Anda mimpi buruk. Film ini tidak pernah bercanda untuk menakut-nakuti. Dari awal film, dengan hilangnya George yang dibuat dengan sekuens yang sangat berdarah-darah, It menunjukkan taringnya sebagai horor yang penuh darah, kasar, liar dan menyeramkan. Begitu film berjalan maju, teror si badut tidak berhenti. Justru semakin beringas.
Yang juga patut diacungi jempol adalah bagaimana trio penulis skripnya—Chase Palmer, Cary Fukunaga dan Gary Dauberman—berhasil menyambungkan banyak hal mulai dari kisah remaja, cinta segitiga, pemberontakan masa remaja dan humor ke dalam sebuah film horor. Elemen persahabatan yang kuat dalam film ini adalah batu bata yang penting untuk menjadikan It menjadi sebuah horor yang mempunyai hati. Hal itu yang justru membuat film ini terasa spesial.
It tidak akan berakhir dengan gemilang jika Muschietti tidak memiliki barisan cast yang prima. Chemistry antara ketujuh tokoh utama dalam film ini begitu gemilang sehingga percakapan antara mereka terasa selalu menarik. Meskipun fokus film ada di tokoh Bill, Muschietti tidak lupa untuk memberikan kepribadian yang jelas terhadap ketujuh tokoh ini. Hasilnya adalah sebuah dinamika persahabatan yang enak untuk ditonton.
It akhirnya bukan hanya menjadi sebuah horor yang enak untuk dilihat namun juga sebuah nostalgia yang menyenangkan. Seperti halnya Stranger Things, It adalah sebuah time capsule yang asyik untuk diselami. Dan begitu film ini berakhir, Anda semua akan berharap bahwa bagian keduanya segera dirilis.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(nu2/nu2)