Sebagai penyanyi yang mengusung R&B, perempuan berusia 26 tahun ini menawarkan sesuatu yang berbeda. Tidak seperti penyanyi R&B perempuan lain yang sibuk mengumbar mengenai cinta, pesta, dan segala hal yang seksi, SZA lebih banyak bercerita mengenai kekecewaan, protes, ketidaksetaraan, tidak percaya diri, serta betapa tidak nyamannya menjadi orang kedua.
Cara bernyanyinya pun lugas, cenderung nyeleneh. "The Weekend" contohnya, ia bertutur mengenai pengalaman dan perasaan sebagai perempuan kedua. Ia hanya mendapatkan waktu bersama kekasihnya hanya di akhir pekan, karena di hari-hari biasa sang kekasih pasti bersama si perempuan kesatu. Atau "Drew Barrymore" yang berbicara mengenai ketidakpastian dan pertanyaan mengenai penilaian diri sendiri di mata kekasih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Prom" memiliki tata musik yang sangat mengedepankan synth, membuat track ini memiliki nuansa retro disco pop yang keren. Pendekatan vokal SZA sedikit berbeda di sini, lebih lugas dan lantang. Ditambah dengan aksen falsetto di
beberapa bagian yang membuat lagu ini semakin terdengar catchy. Dalam "Broken Clocks", SZA bercerita mengenai bagaimana pekerjaan banyak menyita waktunya hingga quality time bersama pasangan menjadi sangat langka.
Aransemen pada "Pretty Little Birds" juga menarik. Ada nuansa jazz yang ditimbulkan oleh terompet dan membuat lagu ini terdengar seksi. Sementara "Love Galore" dengan beat tropisnya yang merupakan single kedua dari album ini terdengar lebih komersil dibanding track-track lainnya. Ada cengkok
nyanyian ala Rihanna di sini, dan kehadiran Travis Scott memberikan referensi Drake yang kuat. Kendrick Lamar hadir dalam "Doves in the Wind", sebuah track berbau trip hop dengan lirik yang super eksplisit namun menyenangkan untuk disimak.
Penyanyi asal St.Louis, Missouri ini menutup Ctrl dengan "20 Something" yang hanya berbekal gitar elektrik. Dalam lagu berdurasi 3 menit ini, SZA terdengar sangat nyaman bercerita mengenai dirinya, khususnya bagaimana rasanya hidup
di usia '20-an dengan banyak problemanya. Vokalnya mengalun indah seiring ia bercerita, diimbuhi juga dengan vokal latar yang muncul sekali-sekali di saat yang tepat.
"Hopin' my 20 somethings won end / Hopin' to keep the rest of my friends/ Praying; the 20 somethings don't kill me, kill me,β¦" begitu harapnya.
Lewat Ctrl, SZA menawarkan standar baru untuk ranah musik R&B yang jauh dari kesan komersil. Style bernyanyinya pun tidak memiliki skill yang selama ini dianut oleh para penyanyi dalam genre tersebut, namun dengan menjadi dirinya sendiri apa adanya, tidak patuh pada pakem yang ada, justru membuat SZA memiliki warna sendiri yang (mungkin saja) bisa menjadi panutan bagi bintang R&B berikutnya. (ken/ken)