'Walls' King of Leon: Berubah untuk Disukai

'Walls' King of Leon: Berubah untuk Disukai

Rendy Tsu - detikHot
Kamis, 22 Des 2016 15:22 WIB
Foto: RCA Records
Jakarta - Tidak ada yang salah dengan berubah untuk disukai. Kings of Leon menyadari hal itu. Dari keenam album; Youth & Young Manhood (2003), Aha Shake Heartbreak (2004), Because of the Times (2007), Only by the Night (2008), Come Around Sundown (2010) dan Mechanical Bull (2013), mereka mencipta dua judul terakhir dengan sisi komersial yang tidak ditutup-tutupi. Mungkin mereka ditinggalkan 100 penggemar awal, tapi di sisi lain Kings of Leon mendapatkan 1000 penggemar baru. Mereka tidak ingin munafik.

Kings of Leon butuh 6 album, hingga pada album terbaru WALLS, mereka resmi menanggalkan julukan 'The Strokes dari Selatan'; berevolusi sepenuhnya dari band rock berukuran garasi menjadi berkapasitas stadium. Judul album itu diambil dari akronim "We Are Like Love Songs", seakan mengatakan bahwa mereka tahu apa yang disukai banyak orang dan bersedia untuk memberikannya dalam 10 lagu rock radio siap saji.

WALLS mencerminkan pola sama dengan hits 'Sex on Fire', 'Radioactive' atau 'Use Somebody'. Bersyukurlah karena isi gitar rock 80-an masih mendominasi. Pada bagian lirik, WALLS menyentuh cerita para personel Followill Bersaudara yang personal. Momen WALLS pertama dibuka dengan tarikan bass beruntun serta 'uuu-oooo' yang terlalu sering dipakai pada single yang berjudul 'Waste A Moment'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam 'Reverend' Caleb Followill mengambil hook cerdik ("On the ray-di-oooh"), selagi sang sepupu, Matthew Followill memainkan riff gitar berulang-ulang. Saya lebih menyukai 'Find Me' ketimbang 'Around The World', karena sedikit banyak mengingatkan kepada sound mereka 8 tahun yang lalu. Sedangkan mendengar 'Over' seperti mendengar U2 dengan vokalis cadangan.

"Like in a mainstream melody/ Oh, I want to take in!" seru Caleb dalam 'Wild' menegaskan sekali lagi bagaimana album ini ingin didengar. Meski begitu, mood berubah ketika saya mendengar satu lagu. 'Muchacho' judulnya, dengan ritme cha-cha yang cermat, menyempil sendiri di antara kumpulan rock generik dalam album ini, yang mudah ditebak.

Seperti yang sudah dibilang di atas, tidak salah untuk berubah agar disukai. Namun, saya juga tidak mengatakan bahwa itu hal yang mudah. Menekan ego dan berkompromi, tapi tidak menjadikannya sebagai penghalang kreativitas menjadi hal-hal yang perlu diperhatikan lebih oleh Kings of Leon. Mungkin di album ke-8 nanti.

Rendy Tsu (@rendytsu) saat ini bekerja sebagai Social Media & Content Strategist. Selain aktif sebagai penulis lepas, ia juga pernah menjadi Music Publicist di salah satu perusahaan rekaman terbesar di Indonesia.

(mmu/mmu)

Hide Ads