'Junk' M83: Kunjungan Manis ke Antariksa

'Junk' M83: Kunjungan Manis ke Antariksa

Yarra Aristi - detikHot
Rabu, 18 Mei 2016 16:10 WIB
Jakarta -

Setelah menunggu hampir 5 tahun, akhirnya M83 yang sukses besar di album sebelumnya, 'Hurry Up We’re Dreaming', merilis album baru bertajuk 'Junk'. Sebagai salah satu band indie elektronik paling sukses di satu dekade terakhir, album ini tentunya sangat membuat penasaran para pecintanya.

Abaikan judul 'Junk yang' dipilih, karena materi yang ada dalam album ini tidak sepantasnya diberi julukan tersebut. Namun abaikan pula harapan Anda untuk mendapatkan lanjutan dari 'Hurry Up We’re Dreaming', karena pendekatan yang diambil Anthony Gonzales (sang mastermind) lebih ke nuansa melodi film seri ’80-an yang terasa rumahan, organik serta sound yang terasa lebih khas Prancis, dengan bagian mid lebih menonjol, lalu ia kombinasikan dengan beberapa elemen yang membuat lagu-lagunya terasa megah.

Gonzales mengajak Anda bernostalgia ke tahun ’80-an ketika musik pop begitu anggun dan terpoles cantik. Elemen yang ia tonjolkan di rilisan ini adalah bebunyian synthesizer dan sungguh banyak bunyi saksofon yang sophisticated. Ibarat kata, album ini merupakan spin-off dari solo saxophone dalam lagu 'Midnight City'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Track pembuka 'Go!' dimulai dengan intro sax yang seksi, lalu masuk ke harta karun berharga, yaitu lantunan staccato dari vokalis Mai Lan yang membuai. Kocokan gitar renyah mengiringi count down menuju refrain yang megah dan supercatchy, dengan solo elektrik gitar yang menyayat bagai Eddie Van Halen atau Steve Vai.

Gonzales sengaja membuat kejutan-kejutan kecil di tiap track-nya. Pada 'Do It, Try It', ia memulainya dengan bagian song diiringi keyboard yang kering, lalu membahana di bagian refrain dengan hujan sound yang megah bagai meteor berjatuhan. Kejutan lain ada pada track 'Walkway Blues' yang romantis dan melankolis, dinyanyikan ala 'Careless Whisper' milik Wham! Atau, Richard Marx ketika menyanyikan 'Endless Summer Nights' yang nelangsa.

Lalu, lagi-lagi mereka memberikan twist pada bagian reffrain dengan menghadirkan efek vokal robot diiringi dinding sound yang tebal berlapis-lapis. Beck muncul sebagai vokalis tamu pada track 'Time Wind', sebuah aransemen bernuansa antariksa yang didominasi oleh renyahnya suara keyboard sehingga masih terdengar cukup manusiawi.

 

Jika kejutan-kejutan ini belum cukup untuk Anda, maka simaklah 'Moon Crystal', sebuah aransemen yang mengingatkan pada karya-karya RAH Band. Track ini adalah sebuah instrumental yang juga akan mengingatkan Anda pada theme song atau end credit serial TV di tahun ’80-an macam 'Cheers', 'Family Ties', atau 'The Greatest American Hero'. Hawa “blue-eyed soul” Carole King pun muncul pada “For the Kids” yang menampilkan Susanne Sundfør yang menyisipkan narasi dalam tone suara anak kecil yang menghantui. 'Atlantique Sud' pun awalnya membuat dahi mengernyit, karena pada duet berbahasa Prancis ini, Gonzales dan Mai Lan bernyanyi dengan syahdu dan cheesy.

Untuk Anda yang mengikuti perjalanan M83 dari awal karier mereka, wajar apabila merasa bahwa eksplorasi yang dilakukan Gonzales pada album ini cukup melenceng. Namun jika dilihat dari sisi lain, pendekatannya pada aransemen yang dipengaruhi pop ’80-an bisa dibilang cukup sukses dan berhasil memberikan terobosan yang unik di masa kini. Mari kita berkunjung ke antariksa bersama 'Junk'.

Yarra Aristi pernah bekerja sebagai wartawan musik di dua majalah musik terkenal. Kini penyiar dan music director di sebuah stasiun radio swasta terkenal di Jakarta.

(mmu/mmu)

Hide Ads