Tak heran ketika single pertama ‘Hello’ dirilis, Adele terdengar lebih bisa move-on. ‘Hello’ adalah permulaan yang bagus bagi Adele, membuktikan bahwa dirinya jauh lebih dewasa dan lebih tegar daripada sebelumnya. Ia menggambarkan cinta monyet di ‘When We Were Young’ bukan sebagai penyesalan, tapi seperti guilty pleasure yang justru dapat ditertawakan pada saat ia tua nanti.
Seperti dugaan sebelumnya, Adele membawa kembali kolaborator lamanya Paul Epworth yang bersama-sama telah menghasilkan ‘Rolling In the Deep’, meski kali ini hanya menghasilkan satu lagu pemuja rindu berjudul ‘I Miss You’. Namun, ia juga mengambil langkah besar dengan mengajak produser pop besar asal Swedia, Max Martin dalam jajaran kolaborator penulis lagunya. Maka, jadilah ‘Send My Love’ (To Your New Lover)’, pergesekan nada pop mainstream dengan salah satu suara terbaik dari Generasi Y. Membawa angin segar, sekaligus makian bagi para penggembar fanatik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
‘All I Ask’ yang dibuatnya bersama Bruno Mars dan 2 penulis lainnya, mungkin menjadi salah satu lagu tersedih tahun 2015 dalam versi ‘Someone Like You 2.0’. Dengan lagu terakhir ‘Sweetest Devotion’ yang ia dipersembahkan untuk sang buah hati, Angelo seakan membuktikan bahwa album ini bukan untuk menjadi yang terbaik, bukan untuk memecahkan rekor, tapi merupakan jawaban personal untuk dirinya sendiri.
Mengutip dari surat pribadinya tentang album ini, ’25’ adalah tentang mengenal diri sendiri tanpa menyadarinya. Itulah yang membuat ia memiliki “Album of The Year”. Mungkin sekali lagi.
Rendy Tsu (@rendytsu) saat ini bekerja sebagai Social Media & Content Strategist. Selain aktif sebagai penulis lepas, ia juga pernah menjadi Music Publicist di salah satu perusahaan rekaman terbesar di Indonesia.
(mmu/mmu)