Saya mengetahui tentang Beck pertama kali sejak mendengar album 'Guero' (2005). Beck dikenal sebagai salah satu musisi yang tidak bisa ditebak dalam bermusik. Terkadang menggunakan sample percakapan orang, synth yang mengeluarkan bunyi-bunyi menganggu, bahkan mencampurkan unsur hip-hop dalam musik yang ia ciptakan.
Namun, pada 'Morning Phase', meski mirip dengan reinkarnasi 'Sea Change' sebagai salah dua album paling βgalauβ milik Beck, album ini terdengar lebih bijaksana dan masuk akal baik perbendaharaan lirik hingga aransemen musikalnya yang melankolis akustik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu pilihan terbaik jatuh pada track berjudul βUnforgivenβ yang (mungkin) lebih condong ke post-rock. βSomewhere unforgiven / I will wait for you,β sederhana namun indah. Kesederhanaan itulah yang menjadi daya tarik Morning Phase. Seperti yang ditunjukkan Beck pada lagu selanjutnya, βDonβt Let It Goβ, yang diucapkan Beck sebanyak 4x dalam chorus-nya.
Kata kedua, βPhaseβ menghadirkan kembali string orchestra yang dipimpin langsung oleh David Campbell, komposer asal Kanada sekaligus ayah kandung Beck. Unsur progresi yang paling menonjol terdapat pada βBlackbird Chainβ dengan ketukan ganjil namun tetap bisa dinikmati sekalipun Anda tidak pernah mendengar lagu Beck sebelumnya. Judul βTurn Awayβ menunjukkan kekuatan folk yang saya rekomendasikan secara personal menjadi salah satu soundtrack film 'The Secret Life of Walter Mitty'.
Β
Hingga ditutup oleh lagu berjudul βWaking Lightβ, saya tetap bisa menikmati hampir semua lagu di Morning Phase. Meski saya sebut sebagai sebuah reinkarnasi, 'Morning Phase' tidak sama dengan 'Sea Change'; yakni menjadi sebuah album patah hati yang terlalu mengenaskan. Itulah sebabnya mengapa di ulasan ini saya menambahkan kalimat βdalam Kehidupan yang Lebih Baikβ pada judulnya.
Rendy Tsu (@rendytsu) saat ini bekerja sebagai Music Publicist salah satu perusahaan rekaman terbesar di Indonesia.
(mmu/mmu)











































