AI Dalam Dunia Musik, Peluang Atau Kekhawatiran?

Mauludi Rismoyo - detikHot
Sabtu, 20 Sep 2025 12:34 WIB
AI Dalam Dunia Musik, Peluang Atau Kekhawatiran? (Foto: Getty Images/iStockphoto/Sitthiphong)
Jakarta -

Industri musik telah mulai berevolusi sejak kehadiran Artificial Intelligence (AI). Apakah jadi peluang atau malah menimbulkan kekhawatiran?

Sejak kehadirannya beberapa tahun ini, AI telah mengubah proses kreasi, produksi, hingga distribusi melalui alat untuk komposisi musik, mixing dan mastering yang lebih efisien. Namun di samping efisiensi tersebut, kecerdasan buatan itu juga menimbulkan tantangan etis terkait penggantian kreativitas manusia, risiko deepfake, dan bisa menimbulkan kekhawatiran etis dan hukum terkait hak cipta dan bias algoritma yang dapat merugikan artis independen.

Soal revolusi industri musik dengan AI, LMK PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Pemusik Republik Indonesia) mengadakan workshop tentang Pemanfaatan Potensi Musik Digital serta Peluang dan Ancaman Artificial Intelligence (AI) dalam Industri Musik. Ketua LMK PAPPRI Johnny Maukar tak menampik kehadiran AI memang sangat luar biasa, tapi juga bisa membahayakan.

"AI adalah revolusi dalam industri musik yang akan memberikan dampak peluang sekaligus ancaman bagi para pelaku musik. Untuk mengantisipasinya maka para anggota LMK PAPPRI harus dapat memahami AI," katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (20/9/2025).

Johnny Maukar menjelaskan lebih dulu soal hal positif dari AI. Kecerdasan buatan itu dapat membantu menghasilkan melodi, aransemen, dan bahkan lirik, serta melakukan tugas teknis seperti mixing dan mastering secara lebih cepat dan efisien.

Lalu AI disebut dapat digunakan untuk menganalisis kebiasaan mendengarkan pengguna dan memberikan rekomendasi lagu yang lebih relevan, membantu pendengar menemukan musik baru dan artis baru. Selain itu, kecerdasan buatan tersebut bisa dimanfaatkan untuk eksperimen.

"AI memungkinkan musisi untuk bereksperimen dengan suara baru dan menciptakan karya-karya yang lebih inovatif, bahkan untuk menghidupkan kembali suara artis yang telah meninggal. AI juga dapat menganalisis data besar untuk mengidentifikasi tren pasar, memprediksi kesuksesan lagu, dan membantu dalam promosi musik," tuturnya.

Namun, di samping memberikan peluang, AI juga dikatakan Johnny Maukar bisa memberikan tantangan dan kekhawatiran. Hal itu terkait hak cipta dan kehilangan pekerjaan.

"AI menimbulkan perdebatan tentang sejauh mana teknologi dapat menggantikan kreativitas manusia dan apakah musik yang dihasilkan AI dapat dianggap orisinal. Algoritma AI yang memprioritaskan genre dan artis arus utama dapat secara tidak sengaja meminggirkan genre niche dan musisi independen, mengurangi keberagaman dalam industri," katanya.

Tak cuma soal AI, LMK PAPPRI juga mengadakan uji kompetensi. Mereka bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Musik Indonesia (LSPMI) dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Sertifikasi di bidang profesi musik ini dianggap penting. Tampak hadir beberapa penyanyi populer dan musisi senior mengikuti sertifikasi ini, antara lain penyanyi Ikang Fauzi, Endang S Tourina, Shania, Fryda Luciana, hingga drummer The Mercys Reynold Panggabean.

"Sertifikat profesi itu adalah pengakuan negara atas kompetensi warganya sesuai dengan profesinya. Ada lima skema yang menjadi pilihan dalam kegiatan ini, yakni skema Pencipta Lagu, Penyanyi, Musisi, Juri Musik dan Aranger," kata penyanyi Mila Rosa yang juga menjabat sebagai Manajer Mutu LSPMI.



Simak Video "Video Ariel Nidji soal Polemik Royalti: Saatnya Bersatu untuk Berbenah"

(mau/aay)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork