Wali Band Deg-degan Manggung di Depan Guru

Wali Band Deg-degan Manggung di Depan Guru

prih febriani - detikHot
Jumat, 26 Jan 2024 17:01 WIB
Wali Band
Wali Band. Foto: dok. Wali Band
Jakarta - Personel Wali band kemarin mengisi acara milad Pondok Pesantren Daar El-Qolam, Tangerang. Wali mengaku pentasnya kali ini agak berbeda, kenapa?

Ada sesuatu hal yang dirasakan dua personelnya, Faank dan Apoy saat manggung dalam acara tersebut. Mereka mengaku deg-degan dan grogi saat tampil dalam kesempatan itu. Karena dulu Pondok Pesantren Daar El-Qolam, Tangerang adalah tempat mereka menimba ilmu

"Manggung di sini menegangkan, menyeramkan, dan merinding. Kenapa? Karena terlalu sakral. Di sini ada santri yang dulu juga kita pernah nyantri, yang kedua ada guru-guru kami, ada Kyai, jujur agak sedikit nervous. Karena takut ada kesalahan yang dilakukan," kata Apoy di Pondok Pesantren Daar El-Qolam, Gintung, Balaraja, Tangerang, Banten, kemarin.

"Santri harus bisa apapun dan itu peninggalan dari pendiri Daar el-Qolam dan La Tansa almarhum K.H. Ahmad Rifa'i Arief bahwa santri harus bisa berkiprah di masyarakat, harus bisa mewarnai. Jadi saya sebagai salah satu alumni, ingin menyalakan energi untuk mereka bisa berkiprah di masyarakat," tuturnya lagi.

Grup Band WaliGrup Band Wali Foto: ist

Dalam kesempatan itu, Faank sempat berinteraksi dengan para santri menggunakan bahasa Arab.

"Salah satu ciri khas La Tansa, dan Daar el- Qolam itu bahasanya, Arab dan Inggris. Kita wajib bicara setiap hari menggunakan Bahasa Arab dan Inggris," ujar Faank.

Pimpinan Pondok Pesantren Daar El-Qolam, K.H. Nahrul Ilmi Arief dan pimpinan Pondok Pesantren La Tansa, K.H. Adrian Mafatihallah Karim, mengatakan sangat bangga memiliki murid seperti Apoy dan Faank bisa memberikan kontribusi yang positif bagi Indonesia.

"Kami mendidik memberi kunci untuk membuka semua ruangan yang ada. Saya cukup bangga dengan Wali," kata K.H. Nahrul Ilmi Arief.

"Kami ingin santri berkiprah sesuai kompetensinya dengan nilai yang ditanamkan sesuai cita-cita almarhum Kyai Ahmad Rifai Arief. Santri itu harus mengakar dengan nilai nilai kepesantrenan, ketaatan, kemandirian, sehingga bisa mengukur dengan sebuah proses belajar dan pengalaman sehingga bisa mengukir apapun yang mereka bisa lakukan," sambung K.H. Adrian Mafatihallah Karim.


(wes/pus)

Hide Ads