Kepergian Cak Diqin merupakan kehilangan besar bagi dunia musik Indonesia. Ia merupakan salah satu legenda campursari yang telah berkarya selama puluhan tahun.
Lagu-lagu Cak Diqin telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Liriknya yang sederhana dan mudah diingat, serta aransemennya yang dinamis, membuat lagu-lagunya selalu digemari oleh berbagai kalangan.
Cak Diqin lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, pada 15 April 1964. Ia memulai kariernya di dunia musik sejak tahun 1980-an.
Ia bergabung dengan grup campursari Manthous dan mulai dikenal luas sejak grup tersebut merilis album Slenco pada 1990.
Cak Diqin kemudian memutuskan untuk solo karier pada 1994. Ia merilis album pertamanya yang berjudul Cinta Tak Terpisahkan.
Album tersebut sukses besar dan membuat Cak Diqin menjadi salah satu penyanyi campursari paling populer di Indonesia.
Selama kariernya, Cak Diqin telah merilis puluhan album. Ia juga telah menciptakan ratusan lagu, termasuk lagu-lagu populer seperti Slenco, Cinta Tak Terpisahkan, Sepur Argo Lawu, Tragedi Tali Kutang, Blebes, Mbah Marijan, dan Susu Murni.
Cak Diqin juga dikenal sebagai sosok yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Ia sering tampil di acara-acara amal untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Cak Diqin telah meraih berbagai prestasi selama kariernya di dunia musik. Ia pernah meraih penghargaan Anugerah Musik Indonesia (AMI) untuk kategori Penyanyi Solo Pria Terbaik Campursari pada tahun 2002, 2004, dan 2005.
Selain itu, Cak Diqin juga pernah mendapatkan penghargaan Rekor Muri untuk kategori Pagelaran Campursari Terlama pada tahun 2012.
Kepergian Cak Diqin meninggalkan duka mendalam bagi para penggemarnya. Ia akan selalu dikenang sebagai legenda campursari yang telah mewarnai dunia musik Indonesia.
Simak Video "Video: Kadir Srimulat Kini Jadi Afiliator, Raup Puluhan Juta per Bulan"
(dar/pus)