Dari Komik ke Audioseries, Journal of Terror Terasa Mencekam

Dari Komik ke Audioseries, Journal of Terror Terasa Mencekam

Mauludi Rismoyo - detikHot
Selasa, 18 Okt 2022 20:42 WIB
journal of terror
Dari Komik ke Audioseries, Journal of Terror Terasa Mencekam. (Foto: ist)
Jakarta -

Suksesnya film KKN Di Desa Penari yang berhasil meraup 9,2 juta penonton, sedikit banyak telah memberi gambaran betapa maraknya pencinta genre horor di Indonesia. Tak hanya melalui film, beragam konten berbau horor lewat YouTube pun ikut dilibas dengan beragam variasi channel, mulai dari Jurnal Risa, Sara Wijayanto, Raditya Dika, dan masih banyak lagi.

Memenuhi rasa lapar masyarakat akan asupan konten menegangkan, Noice akhirnya kini menerbitkan satu audioseries baru bertajuk Journal of Terror.

Hadir dalam format baru, Sweta Kartika selaku pengarang pun mengaku mendapat tantangan tersendiri lantaran Journal of Terror lebih dulu tampil dalam bentuk komik dan buku.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mengadaptasikan karya tulisan bertema horor ke dalam format audio menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Selain menyesuaikan cara bercerita, pertimbangan efek suara serta pembawaan karakter dari para talent juga harus rapi dan presisi," ujar Sweta Kartika.

Kendati demikian, hasil yang diperoleh pun melebihi ekspektasi Sweta. Sebab baru memasuki season ke-2, audioseries satu ini telah tembus 1 juta listening minutes.

ADVERTISEMENT

Mendengar kabar tersebut, Sweta pun mengaku senang. Ia menyebutkan bahwa audio yang dibangun lebih mencekam dan theater of mind dari Paranoice (sebutan pendengar Noice) menjadi bumbu spesial dari Journal of Terror.

"Saya senang karena cukup banyak yang antusias dengan Journal of Terror versi audioseries," tutur Sweta kepada pewarta belum lama ini.

"Sentuhan audio justru memberikan sensasi yang lebih menegangkan karena imajinasi para pendengar ikut berkelana, seolah mereka menyaksikan atau bahkan mengalami langsung petualangan Prana, sang tokoh utama dalam cerita ini," lanjutnya.

Bicara tentang audioseries, format satu ini sebenarnya telah lama digunakan lewat drama maupun sandiwara yang dibangun lewat platform radio sejak era 90-an.

Di Indonesia sendiri, audioseries sempat menjadi salah satu hiburan yang populer sekitar tahun 1980 hingga 1990-an sebelum akhirnya terganti oleh televisi.

Meski begitu, beberapa acara populer seperti Tutur Tinular dan Saur Sepuh menjadi dua karya audioseries yang amat berkesan di hati para pendengar radio kala itu.




(mau/aay)

Hide Ads