Baru-baru ini, Rara Sekar menuliskan curahan hatinya lewat akun Twitter-nya. Ia menuliskan, "Menunggu hari saatku punya identitasku sendiri dan nama Isyan ga salah lagi," pada sebuah foto.
Dalam foto itu terlihat tulisan namanya dengan keterangan, 'Adiknya Isyana Saraswati'. Padahal Rara Sekar adalah kakak dari Isyana dan ejaan nama Isyana yang benar adalah Isyana Sarasvati.
Meski banyak yang mengenalnya sebagai saudara kandung Isyana Sarasvati, sebenarnya Rara Sekar memiliki sepak terjang di dunia musik yang tidak kalah lama dengan sang adik.
Hanya saja, Rara Sekar lebih memilih bermusik di jalur independen dan menjadikan musik sebagai hobi ketimbang pekerjaan utama.
Pada 2012, Rara Sekar membentuk Banda Neira bersama Ananda Badudu. Duo yang menyebut musik yang mereka mainkan beraliran pop nelangsa itu menelurkan dua album, yakni Berjalan Lebih Jauh dan Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti.
Banda Neira juga mengeluarkan album live dengan judul Kita Sama-Sama Suka Hujan bersama Suta Suma, Jeremia Kimosabe, Gardika Gigih dan Layur.
![]() |
Banda Neira kemudian memutuskan bubar pada 2016. Selepas itu, Rara Sekar bergabung dalam proyek musik Daramuda bersama Danilla dan Sandrayati Fay.
Bersama Daramuda, Rara Sekar merilis album Salam Kenal dan mini album Pertigaan. Mereka memutuskan bubar pada April 2020. Bersamaan dengan pengumuman itu, mereka merilis lagu berjudul Selamat Tinggal.
Rara Sekar juga pernah berduet dengan Isyana Sarasvati dalam lagu Luruh yang menjadi soundtrack dari film Milly & Mamet (2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Selain bermusik, Rara Sekar juga memiliki prestasi di bidang lain. Setelah menuntaskan kuliah di Hubungan Internasional, Universitas Katolik Parahyangan, dia menimba ilmu di Victoria University of Wellington, New Zealand. Jurusan yang diambilnya adalah Antropologi.
Dirinya juga pernah bekerja di organisasi nirlaba dan menjadi peneliti. Selain itu ia juga merintis Sekolah Kita Rumpin yang merupakan sekolah informal yang diperuntukkan bagi anak-anak yang tinggal di daerah sub urban, terutama yang menjadi korban penggusuran.
Perempuan kelahiran 7 Juni 1990 itu juga masih kerap terlibat dalam kegiatan aktivisme terutama yang berkaitan dengan pendidikan dan hak perempuan.
Dalam wawancara dengan detikcom pada 2019, Rara Sekar memang mengungkapkan dirinya memilih untuk tidak menjadikan musik sebagai satu-satunya pekerjaan yang ia jalani. Ia memilih fokus pada hal lain dan menjadi musik sebagai sarana menyalurkan perasaannya.
"Sekarang jadinya jadi unik ya. Aku tetap butuh channel itu, si musik ini untuk menyalurkan energi dan lain-lain. Tapi di sisi lain itu bukan satu-satunya hal yang memberi aku makna dalam hidup, jadi aku, kalau aku dualisme di situ," ungkap dia.
(srs/dar)