Tulisannya mengenai pembebasan tahanan politik juga sempat dimuat oleh salah satu media massa yang berbasis di Jakarta. Aktivis Veronica Koman di akun Twitter-nya mengungkapkan bahwa Glenn pernah menawarkan bantuan dan menunjukan simpati atas perjuangannya.
"Sedih sekali atas kepergian @GlennFredly, artis dengan bakat dan jiwa kemanusiaan luar biasa, sahabat para aktivis. Ia pernah 2x tanya ke saya ia bisa bantu apa, ketika terjadi penangkapan massal terhadap mahasiswa Papua, atas peristiwa yang berbeda," kicaunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, perjalanan Ambon sebagai Kota Musik juga tidak lepas dari perhatiannya. Dalam beberapa kesempatan, ia mengatakan bahwa Ambon layak menjadi kota musik sebab selama ini musik menjadi salah satu penggerak perdamaian di daerah tersebut.
Baca juga: Mengenang Glenn Fredly Lewat Diskografi |
Ketika Ambon ditetapkan sebagai Kota Musik oleh UNESCO, dirinya turut merayakan hal itu di atas panggung festival musik Sewindu yang berlangsung pada November 2019 lalu.
"Kemarin badan internasional dari UNESCO menetapkan Ambon sebagai kota musik pertama di Asia Tenggara. Ini adalah kerja kolektif bentuk cinta terhadap Indonesia," katanya ketika di atas panggung sebelum kemudian menyanyikan 'Rame-Rame'.
Bahkan sebelum meninggal dunia, Glenn Fredly sempat merencanakan untuk berkeliling Indonesia Timur untuk menggelar tur. Rangkaian tur tersebut rencananya akan menyambangi Nusa Tenggara Timur, Papua dan Maluku yang rangkaiannya digelar sepanjang tahun ini.
"Sebelumnya, di awal tahun kami akan mendatangi Surabaya, setelah itu baru kami konser di tiga titik di Indonesia Timur pada September hingga Oktober. Ditutupnya awal tahun 2021 di Jakarta," ungkapnya dalam sebuah wawancara pada Desember 2019.
Kini sang musisi sekaligus pegiat aktivisme musik itu telah tiada. Karya-karyanya akan selalu dikenang dan membekas di hati mereka yang telah tersentuh oleh nada dan lirik ciptaannya.
Simak Video "Video: Mutia Ayu Peringati 5 Tahun Kepergian Glenn Fredly"
[Gambas:Video 20detik]
(srs/dal)