Selain bicara soal keagamaan, lirik-lirik lagu Nasida Ria juga banyak yang berbicara tentang lingkungan dan kondisi sosial. Lagu-lagu mereka kebanyakan ditulis oleh (almarhum) KH Ahmad Buchori Masruri.
Tanpa kesan menggurui, Nasida Ria memilih 'berdakwah' secara santai lewat lagu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
'Perdamaian'
"Perdamaian perdamaian, perdamaian perdamaian
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai
Bingung-bingung ku memikirnya
Meski kau anak manusia, ingin aman dan sentosa
Wahai kau anak manusia, ingin aman dan sentosa
Tapi kau buat senjata, biaya berjuta-juta"
Seperti lirik dan judulnya, di dalam lagu ini tertuang pesan kepada pendengarnya untuk menjaga perdamaian. Menurut lagunya, manusia tak perlu berperang dan lebih baik berbuat kebaikan untuk sesama.
'Kota Santri'
"Suasana di kota santri asyik senangkan hati
Suasana di kota santri asyik senangkan hati
Tiap pagi dan sore hari, muda-mudi berbusana rapi
menyandang kitab suci, hilir-mudik silih berganti
Pulang-pergi mengaji"
Lagu tersebut menggambarkan suasana pesantren tempat dimana para santri menuntut ilmu. Menurut narator dalam lagu tersebut, melihat para santri beribadah dan menuntut ilmu adalah hal yang menenangkan hati.
'Sesal Tiada Berilmu'
"Tak ku sesali nasib hidupku
Tak ku tangisi kemiskinanku
Tak ku sesali nasib hidupku
Tak ku tangisi kemiskinanku
Yang ku sesali dan ku tangisi
Karena aku tak punya ilmu
Hingga tiada yang ku Banggakan"
Lagu ini bercerita mengenai penyesalan seseorang yang tak sunggu-sungguh dalam mencari ilmu. Baginya, ilmu adalah penerang kehidupan dan lebih berarti dibandingkan harta.
'Keadilan'
"Itulah keadilan
Tak kenal sistem famili
Itulah kebenaran yang harus dijunjung tinggi
Itulah ketertiban dalam pergaulan suci"
Lagu keadilan menggambarkan manusia harus adil dan bijak dalam menilai sesuatu tanpa memandang adanya hubungan kekeluargaan maupun pertemanan. (srs/doc)