'Di Udara' berada di track ke-7 album debut Efek Rumah Kaca yang berjudul sama dengan nama band pop indie itu. Lagu tersebut memang dibuat untuk Munir Said Thalib, seorang aktifis Hak Asasi Manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cholil Mahmud, sang vokalis pertama kali mendapatkan ide untuk membuat lagu itu sesuai menyaksikan 'Garuda's Deadly Upgrade', sebuah film investigasi buatan Off Stream. Ide tersebut lahir setahun setelah Munir wafat.
Kekaguman Cholil dengan sosok Munir yang serius menyoroti kasus HAM menjadi latar belakang hadirnya 'Di Udara'. Sebagai musisi, Cholil mengaku perlu juga bersuara.
Di dapur lirik, Cholil menggelar riset mengenai Munir. Data yang tersaji di dunia maya dan kisah layar lebar juga dijadikan bahan untuk materi lagunya tersebut.
Aku sering diancam
juga teror mencekam
Kerap ku disingkirkan
sampai di mana kapan
Ku bisa tenggelam di lautan
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan
tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti
Hingga kini, Efek Rumah Kaca masih terus menjadikan 'Di Udara' sebagai jagoan di setlist manggungnya. Cara itu juga bisa diartikan Cholil, Adrian dan Akbar masih ingin terus bersuara lantang mengenai penuntasan kasus Munir. (dar/wes)