Panggung itu diisi oleh tiga penggawa hiphop masa kini, mereka adalah Emir Hermono, Rayi Putra, dan Ariel Nayaka. Ketiganya berbagi panggung membawakan sejumlah lagu-lagu hits mereka, mulai dari '3 AM in Jakarta' hingga '021'.
Panggung tersebut menjadi sebuah pertunjukan yang ramai dan ditonton oleh begitu banyak penonton yang, saat itu, ikut menyanyi dan bergoyang mengikuti irama lagu. Padahal, di dua panggung lainnya tampil proyek kolaborasi yang tak kalah menarik, satu panggung diisi oleh kolaborasi dua band alternative rock, Barasuara x Scaller dan panggung lainnya diisi oleh duet band folk asal Surabaya dan band rock asal Bali, Silampukau x The Hydrant.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak bisa dipungkiri, hal itu menjadi penanda yang valid musik hiphop, kini tengah naik daun dan semakin diapresiasi. Munculnya sejumlah nama-nama baru di skena musik hiphop Tanah Air juga menjadi penanda lainnya.
Semangat itu tak hanya menjangkit di Jakarta, tapi juga kota-kota lainnya. Sebut saja Sonjah asal Surabaya, Rain City Rap Crew dari Bogor, Legit! dari Semarang, hingga Jere dari Medan.
Pada mulanya, hiphop adalah sebuah aliran musik yang muncul pada era 1970-an. Aliran musik ini muncul sebagai cara bicara yang disuarakan secara ritmis dengan musik sebagai latarnya. Awalnya, skena musik hiphop tumbuh di The Bronx, New York, Amerika Serikat. Musik hiphop memiliki sejumlah karakteristik, yakni rap, DJ, beatbox, break dance, dan grafiti.
Tak hanya itu hiphop juga sangat lekat kaitannya dengan racauan tentang protes suara hati kepada pemerintah, ketidakadilan, dan juga kehidupan kulit hitam. Lirik-lirik dari musik hiphop cenderung keras dan tegas.
Hiphop kemudian masuk ke Indonesia pada era 90-an. Iwa K dan teman-teman seangkatannya menjadi motor masuknya musik hiphop ke Tanah Air.
![]() |
Hari ini, detikHOT mencoba mengangkat benang merah hiphop sebagai topik bahasan. Mulai dari pendapat pengamat musik hingga para pelaku musik hiphop tersebut sendiri.
Penasaran? Nantikan beritanya hanya di detikHOT! (srs/dar)