Sejumlah Isu di Balik Penjurian Grammy Awards

Grammy Awards ke-59

Sejumlah Isu di Balik Penjurian Grammy Awards

Dyah Paramita Saraswati - detikHot
Selasa, 10 Jan 2017 14:25 WIB
Sejumlah Isu di Balik Penjurian Grammy Awards
Foto: Grammy Awards
Jakarta - Grammy Awards ke-59 sebentar lagi akan dilangsungkan. Siapa saja yang akan menjadi pemenang tengah menjadi perbincangan yang cukup hangat.

Akan tetapi, rupanya ada isu lain yang meliputi gelaran Grammy di tiap tahunnya. Terlebih, di era digital kini, saluran musik streaming tengah menjadi primadona.

Kepala Advokasi dan Relasi Indurstri dari The Recording Academy, Daryl Friedman, mengatakan, "Dua tahun ini akan menjadi tahun-tahun yang sangat penting dari dekade mengenai bagaimana para pencipta musik dibayar."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, apa saja isu yang sebaiknya diketahui oleh orang-orang yang memiliki hak suara untuk memilih pemenang Grammy? Mengutip Billboard pada Senin (9/1/2017), ini dia beberapa isu yang kerap menjadi perbincangan yang harus diketahui oleh pemilih pemenang Grammy Awards agar dapat lebih bijaksana dalam memberikan penilaian.

Pembayaran Penulis Lagu

Foto: Kevork Djansezian/Getty Images
"Isu terbesar yang dialami oleh pencipta lagu adalah pembayaran yang adil, karena kami tidak memperoleh kompensasi sama banyaknya dengan pemilik dari master recordings," ujar pencipta lagu dan penyanyi, Aloe Blacc, menyuarakan isu yang tengah diperbincangkan oleh para pencipta dan penerbit musik.

Isu ini adalah isu legal mengenai apa yang diterima oleh pencipta lagu ketika lagu yang mereka buat digunakan dalam album, diunduh, dan didengarkan secara streaming.

Hukum yang berlaku kini diatur oleh American Society of Composers, Authors and Publishers (ASCAP) dan Broadcast Music, Inc. (BMI) yang menurut beberapa orang membatasi kekuatan mereka untuk bernegosiasi. Para pencipta lagu menginginkan batasan yang membuat mereka dapat bernegosiasi mengenai pasar bebas dalam dekrit persetujuan.

Apa yang ditulis oleh The Songwriters Equity Act memang tidak diluluskan, namun ide tersebut dapat menjadi bagian dari proses pembaharuan hak cipta.

Celah Nilai

Foto: REUTERS/Mario Anzuoni
Label rekaman dan para pencipta konten percaya bahwa Digital Millennium Copyright Act (DMCA) memberikan ruang lebih kepada situs-situs, seperti YouTube misalnya, untuk membayar musik lebih rendah dibanding situs streaming kompetitor. Konten musik yang diunggah dapat dinikmati suka-suka selama tidak diturunkan karena masalah hak cipta.

Berbeda halnya dengan aplikasi streaming musik, misalnya Spotify, yang harus mendapatkan lisensi dari setiap label untuk dapat menyiarkan lagu-lagu.

Perkara Radio

Foto: internet
Tak sama dengan radio-radio di negara lain, radio yang berada di wilayah Amerika Serikat berhak menyiarkan lagu-lagu tanpa dikenakan kewajiban untuk membayar lagu tersebut, kecuali radio tersebut membayar sendiri pada sang pencipta lagu.

"Ini adalah satu-satunya hal dalam perekonomian Amerika dimana kalian dapat menggunakan karya intelektual orang lain tanpa izin dan kompensasi," ujar Friedman. "Hal ini merupakan penghinaan bagi pencipta lagu," sambungnya.
Halaman 2 dari 4
(srs/mmu)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads