We The Fest 2016 Berakhir dengan Hebat di Tangan The 1975 dan Mark Ronson

We The Fest 2016 Berakhir dengan Hebat di Tangan The 1975 dan Mark Ronson

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Senin, 15 Agu 2016 05:34 WIB
Foto: Asep Saepullah
Jakarta -

Bukan perkara mudah menahan belasan ribu orang di satu tempat. Tapi di hari ke-2, Minggu (14/8/2016), belasan ribu pengunjung WTF 2016 bertahan selama kurang lebih 10 jam untuk untuk alasan yang sama. Grup musik The 1975 dan Disc Jockey (DJ) serta produser kelas dunia, Mark Ronson.

Dua nama tadi adalah sajian penutup dari dua hari rangkaian festival bergaya musim panas. Walaupun pada kenyataannya, konsep musim panas tersebut harus mengalah pada hujan yang turun tanpa henti.

The 1975 lebih dulu mengisi panggung utama WTF Stage. Sekitar pukul 22.00 WIB, anak-anak muda asal Inggris itu membuat histeris para perempuan. Matthew Healy Cs menyapa lewat 'UGH'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya, muntahan lirik-lirik 'A Change of Heart', 'Love Me', 'She's American', 'Girls' hingga 'Chocolate' mengalir deras. Begitu juga nyanyian bersama dari penonton yang keras tak terbendung. Bahkan sampai babak encore 'The Sound'.



Ketika The 1975 turun panggung, Mark Ronson langsung mengisi. Tanpa basa-basi, musisi yang sama-sama dari Inggris itu mengambil alih lewat dentuman musik elektronik.

"Apa kalian suka musik lawas? Kalau suka, ayo kita berjoget," teriaknya disambut seruan setuju.

Ramuan hip hop becampur dance dari era James Brown sampai Bruno Mars dan Major Lazer tersaji apik. Dengan hebatnya, Mark Ronson memainkan turntable lengkap bersama piringan hitam.

Ada 'Drop It Like It's Hot' milik Snoop Dogg juga 'Toxic' dari Britney Spears. Tidak ketinggalan hits lawas berjudul 'Jump Around'. Penonton pun berpesta di lantai dansa dadakan yang sudah berlumur lumpur.

Satu yang menarik, Mark Ronson memainkan juga single perdana dari DJ Indonesia, Dipha Barus berjudul 'No One Can't Stop Us'. Tentunya hal tersebut membanggakan bahwa ternyata, gaung musisi Indonesia sudah jauh sampai ke tanah Ratu Elizabeth.



Kehebatan Mark Ronson adalah dia dengan lihai mencampur lagu satu dengan lainnya. Tidak hanya sekedar untuk berganti judul, tapi juga berganti genre. Dari mulai pop sampai lagu bernuansa reggae dari Bob Marley, 'Three Little Birds' dimainkan dengan porsi yang tepat. Dan, karena itulah Mark Ronson menutup WTF 2016 juga dengan begitu hebatnya.

Di tahun ketiganya Ismaya Live selaku penyelenggara WTF, menunjukkan peningkatan. Dekorasi yang makin heboh, beragam kegiatan menarik seperti demo memasak, workshop poster sampai membuat replika video klip dari Drake, 'Hotline Bling'.

Dari segi daftar pengisi acara, tidak perlu diperdebatkan lagi. Jelas sekali terjadi perluasan segmen musik. Hal yang mencolok juga adalah WTF 2016 jauh lebih mengapresiasi para jawara dalam negeri.

Hanya saja, WTF harus lebih mempertimbangkan konsep musim panas yang diusungnya. Guyuran hujan di dua hari ini mau tak mau mengurangi keabsahan konsepnya. Hujan memang arahan Tuhan yang tak bisa dilawan, tapi pasti ada cara untuk menghadapinya dengan elok, agar tidak menggugurkan satu dari tiga panggung yang tersedia.

Sampai jumpa di WTF tahun depan!

(mif/ich)

Hide Ads