Hujan menyisakan gerimisnya. Kesunyian terpecahkan oleh bunyi gong terdengar menggema di area Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Jakarta Pusat.
Kejadian pada Rabu (20/1/2016) pukul 19.30 WIB itu ternyata menjadi pertanda bagi 500-an orang untuk bergerak memasuki pintu-pintu GKJ yang telah dibiarkan terbuka. Sampai dalam, sudah ada ruangan berbentuk 'U', bertingkat dua yang siap menampung.
detikHOT bersama para penonton ikut menikmati kemerduan suasana. Cahaya merah yang nanar menyinari dari arah atas, panggung dibiarkan telanjang dengan warna hitam, tampak di sana sebuah piano dan gitar akustik bewarna cokelat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Itulah pembukaan yang anggun dari sebuah gelaran bertajuk 'Konser Tentang Rasa' milik penyanyi dan pianis, Frau. AriReda didaulat menjadi penampil pembuka dengan sejumlah musikalisasi, di antaranya, 'Pada Suatu Hari Nanti' (Sapardi Djoko Damono), 'Kupu-kupu' (Mozasa) dan 'Gadis Peminta-minta' (Toto Sudarto Bachtiar) dan 'Hujan Bulan Juni' (Sapardi Djoko Damono).
Adegan setelahnya sangat kontras. Seluruh ruangan gelap total, dari sudut panggung terlihat sinar petromax yang dijinjing perempuan berbaju merah. Ketika lampu sorot menyinari, dia lah sang biduan, tuan rumah 'Konser Tentang Rasa', Frau.
Lagu berjudul 'Sembunyi' menjadi pembuka, disambung musikalisasi puisi berjudul 'Berdiri Aku' (Tengku Amir Hamzah) dan 'Berita Perjalanan' (Sitor Situmorang). Musiknya sederhana, namun sangat ramai dengan satu keyboard sehingga membuat suguhan terasa begitu spesial dan khidmat. Akan tetapi, lucunya hal itu tidak terjadi saat perempuan bernama asli Leilani Hermiasih itu menyapa penontonnya.
"Halo semua, selamat malam. Selamat datang di Gedung Kesenian Jakarta. Yang belum tahu, saya Lani dan ini Oskar (keyboard), kami dari Frau," sapanya dengan nada bercanda yang membuat penonton tertawa. Dan selalu dipenuhi tawa-tawa membahana lain tiap dirinya berseloroh di sela-sela lagu, terutama dengan dialek atau bahasa Jawa.
Tapi, Frau tetap berpegang teguh dengan judul yang dipilihnya. Judul yang pada akhirnya memaksa penonton untuk sama sekali tidak mengeluarkan ponsel pintarnya demi alasan merekam. Judul yang membius penonton untuk menghipnotis otaknya agar benar-benar memaksimalkan indra perasa di tubuhnya, mata, telinga, lidah dan hidung.
Mata dituntut untuk fokus hanya pada Frau, sesekali ada permainan visual singkat di layar belakang panggung. Telinga menikmat sepenuhnya lirik dan harmoni. Lidah, diberi tugas untuk mengecap minuman beraneka rasa yang dibagikan kepada seluruh penonton. Sedangkan hidung, seringkali tergelitik dengan aroma yang tiba-tiba merebak berbeda-beda di tiap lagu. Seperti aroma kayu manis di lagu-lagu awal dan aroma mint saat musikalisasi puisi berjudul 'Jari-jari Bunga Merekah'.
'Konser Tentang Rasa' sejenak memberikan kesempatan penontonnya beristirahat selama 10 menit. Sebelum akhirnya dinamika harmoni berbunyi lagi. Ada 'Mr. Wolf' yang dimainkan dengan peniup trumpet bernama Erson. Lagu 'The Butcher' yang dinyanyikan bersama penonton, disusul 'Vietnamese Coffee Trip' dan 'Detik-detik Anu' yang berkolaborasi dengan penyanyi perempuan bernama Deni.
Setiap akhir lagu, seantero ruangan menjadi gelap dan tepuk tangan bergemuruh dengan lantang. Selanjutnya, lampu sorot kuning kembali lagi ke atas panggung, dibawakan 'Mesin Penenun Hujan', 'Suspens' bersama lima personel string section, 'Layang-layang', 'Tarian Sari' dan 'Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa'. Sesekali penonton ikut bernyanyi bersama dengan suara yang lirih.
"Terima kasih buat semuanya yang sudah hadir. Semoga bisa memunculkan rasa-rasa. Terima kasih banyaaakk sekali. Semoga hari ini menyenangkan untuk kalian semua," sapa perempuan asal Yogyakarta itu untuk terakhir kalinya.
Frau kemudian menutup 'Konser Tentang Rasa' dengan lagu berjudul 'Arah'. Standing ovation dari ratusan penonton pun membahana.