Laris-Manis! Pasar Santa Lumbung Alternatif Karya Musik Fisik

Laris-Manis! Pasar Santa Lumbung Alternatif Karya Musik Fisik

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Rabu, 06 Jan 2016 11:25 WIB
Salah satu toko musik di Pasar Santa / Foto: Asep Syaifullah
Jakarta -

Bukan cuma Blok M Square yang menjadi pusat alternatif karya-karya musik fisik para musisi. Tak jauh dari sana ada satu kawasan yang mendadak hits setahun terakhir, Pasar Santa, Jakarta Selatan.

Atas arahan pemerintah, pasar tradisional tiga lantai itu disulap menjadi tempat kreasi anak-anak muda. Mereka secara khusus ditempatkan di lantai 3 dengan berbagai produk budaya pop. Salah satu yang favorit di Pasar Santa adalah toko-toko menjual kaset, CD dan piringan hitam. Ada 12 toko musik yang tetap berjalan seperti biasa tanpa peduli keadaan.

Contohnya Analaog Head Store yang dibangun oleh Adit. Sejak 2008, Adit sudah membawa Analog Head Store berjualan rilisan fisik musik dalam dan luar negeri hingga satu tahun terakhir menetap di Pasar Santa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kenapa toko-toko kecil seperti punya gue bisa bertahan, mungkin segmen rilisan fisik sudah bergeser. Maksudnya, kalau dulu pasarnya lebih luas dari SD sampai tua. Sekarang eranya digital, semuanya tinggal download, mereka yang sering main di mal dan belanja di toko besar itu nggak lagi kesana," tutur Adit kepada detikHOT saat ditemui langsung di tokonya, Selasa (5/1/2015).



"Tapi ternyata, peminatnya masih banyak tapi bukan mereka yang di mall. Saya mencoba menangkap pasar itu. Itu kenapa penjualan terus stabil ya, karena masih banyak yang cari. Kepuasan punya rilisan fisik itu beda," sambung Adit.

Analog Head Store memilih kaset dan CD sebagai produk utamanya. Tak sembarangan, namun Adit menjual karya CD dan kaset berusia lawas. "Gue jujur, kalau rilisan baru itu gue nggak masukin, biarin yang lain yang main. Gue main yang lama-lama dan nggak ada di orang lain," tutup Adit.

Selain Analog Head Store, ada juga toko bernama Laidback Blues Record Store. Berbeda dari rekannya, Laidback Blues Record Store memilih untuk fokus berjualan piringan hitam. Itu juga sebab mengapa toko yang aktif sejak 2012 itu tetap hidup dengan pendapatan tinggi.



"Sebenarnya kami khusus jualannya vinyl (piringan hitam), kenapa bisa bertahan karena sudah ada segmen dan target tersendiri. Jadi, barang masuk lebih cepat mutarnya. Kita kan ada target per minggu, dari awal sampai sekarang Pasar Santa sudah sepi, kita masih bisa terus memenuhi target itu," jelas penjaga Laidback Blues Record Store, Dovan.

"Sekarang toko kami punya koleksi sekitar 1,200 vinyl, sekitar itu. Kalau ngomong omzet, secara kotor satu minggu bisa Rp 5 juta-Rp 7 juta," ungkap Dovan lagi.

(mif/doc)

Hide Ads