DWP 2015, Kemegahan Sebuah Festival Musik

DWP 2015, Kemegahan Sebuah Festival Musik

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Senin, 14 Des 2015 13:16 WIB
Foto: Iqbal/detikHOT
Jakarta - Festival musik dance di Indonesia tidak pernah begitu dikenal sampai setidaknya tahun 2008. Ketika pertama kali diperkenalkan kepada publik, Djakarta Warehouse Project (DWP).

Festival bentukan Ismaya Live yang menghadirkan konsep rave party semalam suntuk. Ada 3-4 panggung yang digilir bergantian oleh lebih dari 50 Disc Jockey (DJ) dalam dan luar negeri selama satu hari di pada 2008-2013 di Ecopark Ancol dan menjadi dua hari di tahun 2014 dan 2015 di JIExpo Kemayoran.

Bicara 2015, DWP benar-benar tampil maksimal. detikHOT yang melakukan peliputan selama dua hari penuh, Jumat-Sabtu, 11-12/12/2015 menjadi saksinya. Digelar sejak 17.00 WIB sampai 04.00 WIB dini hari, penonton dipaksa berjoget tanpa henti, sekaligus menikmati suguhan kelas dunia ajang festival musik dance.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dimulai dari daftar para pengisi tiga panggung yang tersedia, seluruhnya nama besar, ada Major Lazer Tiesto, Armin Van Buuren, Galantis, Kaskade, DJ Snake, Axwell x Ingrosso, Headhunterz dan puluhan lainnya. Bahkan Ismaya Live sukses mendatangkan untuk pertama kalinya di Asia, Jack Ü.



Duo bentukan Skrillex dan Diplo yang sedang diganduringi partygoers di dunia itu mengguncang DWP 2015 hari pertama. Karena kedatangan mereka, DWP 2015 disebut-sebut unggul dari festival serupa yang jadi seniornya, Zoukout 2015, Singapura.  Tahun ini, kedua festival musik dance besar di Asia Tenggara itu punya line up yang sama, hanya berbeda jadwal, terkecuali Jack Ü.

Untuk para DJ lokal, DWP 2015 juga sudah berani bermain dengan banyak tipe. Tidak asal EDM, ada campuran antara mereka yang memainkan house, trap sampai indietronik seperti yang dihadirkan Bottlesmoker. Panggung para jawara lokal seperti Dipha Barus, Tiara Eve, Kronutz, March Mayhem, Aay, Jevin Julian, Justeen dan lainnya  juga tidak dikucilkan, mereka tetap bisa bermain di atas panggung megah dengan segala efek visualnya.

Bicara penonton, sejak setidaknya tahun lalu, DWP sudah sangat memanjakan ratusan ribu partygoers yang datang per harinya. Alur panggung jelas, area makanan, istirahat serta kebersihan di arena panggung indoor yang dijaga betul. Selain itu komitmen Ismaya Live untuk mencegah penonton di bawah usia 18 tahun dan narkoba semakin terasa kali ini. Karena beberapa kali terlihat patroli dilakukan oleh petugas berseragam Polisi Militer.



Apresiasi terakhir yang patut diberikan adalah tingginya skala produksi DWP 2015. Penataan suara, efek dan cahaya begitu mengagumkan. Termasuk arena panggung indoor yang seringkali jadi masalah karena gema.

Panggung Garudha Land, sebagai panggung terbesar, menjadi tolak ukur baru akan kemegahan sebuah festival musik secara umum di Indonesia. Lebarnya masih kalah jika dibandingkan dengan panggung musik di lapangan sepabokal, tapi panggung Garudha Land punya kecanggihan dan keindahan. Satu hasil karya membanggakan dari promotor dalam negeri.

Namun tentu saja DWP 2015 punya kekurangan. Satu dan cukup vital adalah Ismaya Live masih saja malu untuk menulis besar-besar nama-nama DJ lokal di poster. Melihat situs resmi  DWP, rundown per hari pun hanya menuliskan belasan DJ internasional. Walaupun memang, di dalam acara DJ-DJ lokal itu mendapat kesempatan untuk diwawancara oleh lima media asing yang diundang ke DWP 2015.

Satu lagi, setidaknya 2-3 tahun terakhir, penonton asing di DWP makin bertambah. Ada baiknya sebuah kerjasama dilakukan dengan moda transportasi umum, dari lokasi DWP menuju hotel-hote tertentu. Selama ini, DWP hanya menyediakan bus jemputan dari lokasi menuju halte yang berada di dua mall, tahun ini di Kota Kasablanka dan Gandaria City. Sedangkan, tiap tahunnya angkutan umum mengantri di pintu keluar, berebut menawarkan jasa mengantar para penonton dengan harga seenaknya. Bukan kesan yang bagus untuk ajang bertaraf internasional dari Indonesia.

(mif/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads