Tertawa dan Bergoyang Dengan Irama Keroncong

Tertawa dan Bergoyang Dengan Irama Keroncong

- detikHot
Senin, 13 Apr 2015 19:09 WIB
Tertawa dan Bergoyang Dengan Irama Keroncong
Jakarta - Lazimnya musik keroncong didendangkan dengan syahdu, bahkan cenderung mendayu-dayu. Tak heran bila penikmatnya paling banter cuma bisa menggoyangkan kepala, atau mengetuk-ngetukan kaki dan telapak tangan.

Tapi Lantun Orchestra menerabas pakem-pakem tersebut. Oleh delapan orang anggota grup musik berbasis jazz ini, irama keroncong yang dimainkan dalam acara 'Keroncong Week' terasa lebih fun.

Lagu-lagu betawi seperti 'Kicir-kicir' dan lagu karya Benyamin S, 'Markonah' mendukung mereka untuk berekspresi lebih bebas. Nesia Ardi sebagai vokalis tak cuma menyanyi sambil berlenggak-lenggok, sesekali juga mengajak penonton ikut menyanyi dengan cara yang kocak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nesia memang sehari-hari juga suka ngocol orangnya," kata Chaka Priambudi yang biasa bermain double bass dan ukulele itu kepada Detik.com di Galeri Indonesia Kaya, Minggu (12/4/2015).

Chaka menuturkan, grup musik yang ia pimpin baru terbentuk pada 2013. Mereka sengaja meramu jazz dengan musik tradisional khususnya Betawi. Pilihan itu disengaja untuk menghadirkan kembali bentuk hiburan rakyat agar dapat dinikmati semua kalangan.

"Kesenian Betawi itu di pinggiran pun semakin sulit kita temui. Lewat Lantun kami mencoba menjaga agar warisan itu tak lenyap ditelan zaman," ujar Chaka yang pernah mengenyam pendidikan di IMDI (Institut Musik Daya Indonesia).

Meski masih tergolong belia, Lantun Orchestra sudah merilis mini album berisi empat lagu betawi dan satu lagu pop karya sendiri, 'Kutunggu Kau di Salemba'. Semua lagui dikemas dalam sentuhan jazz-keronocng.

Pada Mei mendatang, kata Chaka, Lantun akan merilis single album berjudul 'Mei Mei'. "Intro lagu ini ada sentuhan nada musik mandarinnya," ujar dia memberi bocoran.

Selain Lantun, Grup Keroncong Oemar Bakrie dari Bandung juga termasuk yang mendapatkan antusiasme penonton. Mereka yang terdiri dari para guru dan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia itu melengkapi permainan musiknya dengan saksofon, trombone, terompet, dan pianika.

"Pada era 1930-an perlengkapan musik keroncong justru seperti ini, jadi ini bukan keroncong moderen sebetulnya," kata Galih yang memainkan flute dan ukulele.

Kualitas vokal Gian, penampilan busana maupun aksi panggungnya juga cukup atraktif. Apalagi saat ia menyanyikan lagu 'Aksi Kucing' karya Nien Lesmana, banyak penonton yang ikut berjingkrak dan tertawa-tawa oleh syairnya yang sarat sinisme.

Sebagai pemrakarsa acara, Sundari Sukotjo dari Yayasan Keroncong Indonesia mengaku senang melihat penampilan kreatif mereka. Tak cuma soal musik, ia juga memuji penampilan busana sebagian personelnya yang mengenakan kebaya.

"Mereka bisa membawa keroncong jadi musik yang lebih santai ya. Biarlah mereka dengan gaya mereka sendiri, yang penting mereka mau melestarikan musik keroncong ini," ujar Sundari Soekotjo di sela-sela acara.

(alx/fk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads