Jakarta -
Grup band Last Child menjadi salah satu grup band rock berhasil bertahan di industri musik Indonesia. Lewat komposisi lagu
catchy, musik mereka dengan mudah diterima pecinta musik Indonesia.
Selain soal karya, banyak hal menarik soal Virgoun Cs. Seperti apa hal menariknya? Ini dia!
Grup band Last Child saat ini menjadi salah satu band rock papan atas di industri musik Indonesia. Mereka pun tak dengan mudah untuk mencapai kesuksesan seperti saat ini.
Berawal dari terjun ke industri band indie pada 2006 lalu. Lebih dari tiga tahun kemudian, mereka pun masuk ke major label lewat album 'Everything We Are Everything' pada 2009 lalu.
Karier musik
mainstream mereka pun dimulai dari saat itu. Tentunya hingga akhirnya bisa meraih sukses seperti saat ini.
Para personel Last Child terlihat gagah perkasa dengan badan tegap plus rajutan tato di seluruh badannya. Tentunya, lagu-lagu mereka sudah tertebak seperti apa, keras dan plus lirik-lirik lugas.
Nah, justru kenyataan berbeda saat mendengar lagu-lagu mereka. Lirik-lirik melankolis pun justru terlahir dari karya-karya mereka. Tentunya bukan menjadi halangan seorang rocker bisa menjadi sosok melankolis bukan.
Last Child melejit lewat lagu-lagu hits seperti 'Diary Depresiku', 'Seluruh Nafas Ini' dan 'Pedih'. Sosok pencipta lagu sendiri ternyata sudah di-'hibahkan' kepada sang vokalis Virgoun.
Alhasi, sosoknya pun seperti menjadi sosok penting dari sebuah karya terbaik Last Child. Para personel lainnya pun sepertinya sudah tak mau ikut campur dalam pembuatan lagu mereka.
Sebagai grup band indie, Last Child terbilang band yang mempunyai basis penggemar yang cukup besar. Semakin membesar saat mereka mutuskan untuk mengambil jalur mainstream.
Loyalitas Last Friends --sebutan fans Last Child-- seperti benar-benar terbukti. Bahkan, berkat loyalitas mereka pencapaian Ring Back Tone (RBT) melambung tinggi pada 2010 lalu.
Banyak grup band Indonesia yang mempunyai mimpi untuk bisa merambah musik dunia atau go international. Tapi tidak bagi grup band Last Child.
Virgoun Cs mengaku masih perlu banyak belajar untuk bisa 'keluar kandang'. Secara tak langsung mereka mengaku masih belum siap untuk merambah pasar internasional.
Halaman Selanjutnya
Halaman