Arie Wibowo Sang Pencipta Tren

Arie Wibowo Sang Pencipta Tren

- detikHot
Sabtu, 16 Apr 2011 12:58 WIB
Jakarta - Nama Arie Wibowo bolehlah disejajarkan dengan para pencipta tren seperti Rinto Harahap, Ariyanto, maupun Obbie Mesakh. Bedanya, jika tren yang diusung oleh ketiga nama tersebut ke dalam industri musik Indonesia adalah pop yang mendayu-ndayu, maka Arie Wibowo memberikan penyegaran dengan musik bergaya humor yang parodis.

Corak parodi yang diusung Arie langsung tercermin dari nama band yang dipimpinnya, Bill and Brod. Nama ini tentu saja mengingatkan pada Billbroad, label rekaman internasional, sekaligus majalah musik yang memiliki chart bergengsi. Dengan penampilan khasnya, topi dan kacamata hitam, Arie dan Bill and Brod memperkenalkan lagu-lagu ber-mood riang.

Pada setiap lagunya, seolah-olah ada suasana riuh di belakangnya. Gaya semacam itu tentu saja mengingatkan pada sebuah band asing bernama Art Company yang kala itu terkenal di seluruh dunia lewat hit berjudul 'Suzanna'. Lagu-lagu Arie ringan, easy listening, dengan lirik yang kuat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kekuatan lirik lagu-lagu Arie terletak pada kepiawaiannya dalam meramu bahasa lugas sehari-hari dengan metafora yang puitis. Lagu 'Madu dan Racun' misalnya, bercerita tentang potensi godaan yang muncul dari setiap wanita terhadap pria, dan bagaimana 'si aku' menghadapinya. Menarik, dan kala itu merupakan sebuah terobosan, cara Arie melukiskan misteri perempuan:

selalu tersipu/ rawan sikapmu/ di balik kemelutmu
di remang kabutmu/ di balik mega-megamu
ku melihat dua tangan/ di balik punggungmu
madu di tangan kananmu/ racun di tangan kirimu


Itulah lagu pertama yang melambungkan nama Arie Wibowo dan Bill and Brod ke panggung industri musik Indonesia era 80-an. Sejak itu, bicara tentang musik Indonesia terutama era 80-an, tak bisa lepas dari nama Arie Wibowo dan band-nya, yang beranggotakan Nyong Anggoman (keyboard), Rully (drum) dan Kenny Damayanti (gitar dan vokal).Β  Siapa sebenarnya mereka?

Awalnya, mereka hanyalah anak-anak muda yang pada 1975 sering nongkrong bareng di Radio Prambors, Jakarta. Dengan semangat iseng-iseng, pada 1985 mereka membentuk band dan merilis album pertama lewat perusahaan rekaman Ria Cipta Abadi Records. Tak disangka, album berjudul 'Madu dan Racun' itu meledak, terjual hingga 1 juta kaset!

'Madu dan Racun' pun berkumandang di mana-mana, dinyanyikan oleh anak-anak kecil di kampung-kampung dan merajai radio-radio. Wajah Arie Wibowo sebagai frontman band pun kemudian menghiasi halaman-halaman media cetak. Puncak popularitas lagu itu terjadi ketika judulnya dipakai sebagai judul film yang dirilis pada tahun itu juga. Film itu dibintangi nama-nama beken masa itu, Lia Waroka, Nurul Arifin, Ekki Soekarno dan Rico Tampatty.

Pada album kedua, Arie kembali menggebrak dengan hit yang tak kalah laris, 'Singkong dan Keju' dari album berjudul sama. Formulanya pun masih sama, menangkap fenomena keseharian masyarakat dan mengungkapkannya dengan metafora yang dekat. Lagu tersebut mengisahkan hubungan cinta yang terhalang jurang kesenjangan sosial.

'Keju' adalah metafora anak orang kaya, dan 'singkong' mewakili anak orang miskin. Lirik penutup lagu itu, 'Aku ini hanya anak singkong' langsung menjadi populer kala itu, dan melahirkan istilah 'anak singkong'. Sejak itu, tema kesenjangan sosial dalam percintaan anak muda pun menjadi tren lagu-lagu pop Indonesia.

Lagu hit lain yang akan terus diingat dari Arie Wibowo antara lain 'Kodok pun Ikut Bernyanyi' dan 'Zaman Kuda Gigit Besi'. Namun, selain melahirkan lagu-lagu hit yang humoris, Arie juga memiliki sejumlah balada indah yang "serius". Misalnya lagu 'Danau Penantian', dan 'Angin Surga' yang dinyanyikan duet bersama penyanyi perempuan yang kala itu juga sedang ngetop, Ervina.

Arie Wibowo, yang senyumnya dan suara beningnya sempat membuat histeris cewek-cewek pada masanya, meninggal dunia di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta Barat, Kamis (14/4/2011) malam. Arie meninggal sehari menjelang hari ulangtahunnya yang ke-59 setelah mengeluh sesak nafas. Karya-karyanya akan dikenang sebagai salah satu tonggak penting dalam sejarah musik Indonesia. Selamat jalan, Sang Pencipta Tren!

(mmu/ich)

Hide Ads