'The Martian': Mengembalikan Kedigdayaan Ridley Scott

'The Martian': Mengembalikan Kedigdayaan Ridley Scott

Candra Aditya - detikHot
Jumat, 02 Okt 2015 15:45 WIB
Jakarta -

Sepertinya setiap tahun kita akan mendapatkan setidaknya satu film tentang para astronot. Setelah ‘Gravity’ pada 2013 dan ‘Interstellar’ yang dirilis tahun lalu, tahun ini ada ‘The Martian’. Film ini disutradarai oleh Ridley Scott, sutradara legendaris yang memperkenalkan kita dengan kenyataan bahwa di luar angkasa tidak akan ada orang yang bisa mendengar teriakan kita lewat ‘Alien’. Kali ini, dalam ‘The Martian’, memang tak ada makhluk asing yang meloncat dari perut astronot. Tapi, film ini tetap menawarkan keseruan yang akan membuat Anda betah duduk selama 141 menit.

Layar dibuka dengan sekelompok tim astronot yang sedang meneliti Mars. Dipimpin oleh Lewis (Jessica Chastain yang tidak sempat ikut ke luar angkasa dalam ‘Interstellar’), tim ini juga diikuti oleh Martinez (Michael Peña), Johanssen (Kate Mara), Beck (Sebastian Stan) dan Vogel (Aksel Hennie) serta Mark Watney (Matt Damon). Ketika sebuah badai menyerang di tengah misi mereka, seluruh tim terpaksa harus kembali ke pesawat tanpa kehadiran Watney yang hilang di tengah badai.

Amerika pun langsung berduka. Direktur NASA, Teddy Sanders (Jeff Daniels yang seperti masih melanjutkan perannya dalam ‘The Newsroom’) bersama para timnya, Vincent Kapoor (Chiwetel Ejiofor), tim PR Annie Montrose (Kristen Wiig) dan Henderson (Sean Bean) harus laporan kepada seluruh dunia tentang tewasnya Watney di Mars. Tapi, ternyata Watney belum mati. Dia masih hidup dan sekarang sendirian di planet asing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika Mindy Park (Mackenzie Davis di tengah kesibukannya syuting serial ‘Halt and Catch Fire’) menemukan pesan dari Watney bahwa dia masih hidup, NASA pun mulai memikirkan cara bagaimana menyelamatkan Watney. Masalahnya, kalaupun rencana NASA 100% berjalan sempurna, bisakah Watney bertahan di sebuah planet tanpa sumber daya sementara makanannya hanya bertahan untuk persediaan satu bulan?

Andy Weir menulis novel ‘The Martian’ yang menjadi sumber film ini atas kecintaannya pada luar angkasa. Novel tersebut berjalan tidak hanya sebagai diary seorang survivor tapi juga tentang cara bertahan di sebuah planet yang benar-benar didesain untuk tidak ditinggali manusia. Novel tersebut menjadi best-seller dan akhirnya diadaptasi oleh Drew Goddard ke layar lebar. Memang tidak mungkin memasukkan semua detail yang ditulis oleh Weir ke dalam film yang mempunyai tempo terbatas. Namun, adaptasi Goddard berjalan mulus. Tempo film tetap terjaga, selera humor Watney yang aneh juga terasa, dan terutama step by step yang dilakukan Watney untuk tetap hidup tersaji dengan baik.

Dengan skrip yang solid, Ridley Scott menjalankan komadonya dengan apik. Terakhir kita menyaksikan film Scott yang semenghibur ini mungkin pada 2000 ketika ‘Gladiator’ dirilis. Lima film terakhir Ridley Scott, dimulai dengan ‘Body of Lies’, kemudian adaptasi yang tidak perlu atas ‘Robin Hood’, usaha prekuel ‘Alien’ yang muluk dalam ‘Prometheus’, drama kriminal yang puitis ‘The Counselor’ sampai adaptasi alkitab yang kepanjangan tahun lalu dalam ‘Exodus: Gods and Kings’, tidak menawarkan keseruan seperti yang terpapar dalam ‘The Martian’.

Film ini tidak hanya menegangkan dan mempunyai selera humor yang bagus—keluhan Watney atas koleksi musik disko Lewis adalah inside joke yang cerdas—tapi juga mempunyai moral yang akan menginspirasi. Watney digambarkan sebagai sosok yang pantang menyerah dan usahanya untuk berjuang tidak hanya membuat seluruh karakter lain tidak keberatan untuk menyelamatkannya, tapi juga akan membuat Anda berharap agar film ini diakhiri dengan ending yang manis. Berbeda dengan ‘Gravity’ yang hampir separuhnya berhasil karena keberuntungan atau takdir, keselamatan Watney dalam ‘The Martian’ bergantung pada ilmu pengetahuan. Tidak heran jika menyebut ‘The Martian adalah propaganda NASA paling menyenangkan sejauh ini.

Dengan Watney sendirian di planet Mars selama hampir separuh film, Scott butuh aktor yang tidak hanya jago berakting namun juga memiliki kharisma yang sanggup menghipnotis. Masuklah Matt Damon di layar. Di sini, Matt tak hanya kelihatan pintar namun juga bisa diandalkan, ramah, pantang menyerah, dan berkharisma.

Dengan visual yang luar biasa dari Dariusz Wolski dan efek yang mumpuni serta scoring Harry Gregson-Williams yang membuai, ‘The Martian’ adalah Hollywood blockbuster klasik yang siap untuk Anda tonton berulang-ulang. Klimaksnya akan membuat Anda berpegangan pada kursi dengan erat dan after taste-nya akan membuat hari Anda menjadi lebih cerah. Selain mengingatkan pada kedigdayaan Ridley Scott, film ini juga memberikan makna baru atas ungkapan motivasi untuk senantiasa “pantang menyerah”.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.

(mmu/mmu)

Hide Ads