65 Tahun Perfilman Nasional

65 Tahun Perfilman Nasional

- detikHot
Senin, 30 Mar 2015 07:13 WIB
Jakarta - Setiap 30 Maret, dunia perfilman Indonesia bersukacita merayakan Hari Film Nasional. Tanggal ini ditetapkan sebagai hari lahirnya Film Nasional karena pada 30 Maret 1950 merupakan hari pertama pengambilan gambar film 'Darah dan Do’a' atau 'Long March of Siliwangi' karya Usmar Ismail.

"Asal usul film Indonesia itu dari Haji Usmar Ismail," kata pengusaha bioskop independen Djoni Syafruddin kepada detikHOT.

'Darah dan Doa' dinilai mewakili film lokal yang mencirikan Indonesia. Selain perusahaan yang memproduksi film tersebut milik orang Indonesia, kru dan pemain utama film ini juga semua pribumi. Usmar Ismail memproduksi film tersebut lewat Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) yang ia dirikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hampir semua bercirikan Indonesia, makanya dipilih tanggal itu," katanya pria yang sudah terjun di industri film lebih dari tiga dekade itu.

Film yang ditulis Usmar Ismail bersama Sitor Situmorang ini dibintangi oleh Del Juzar, Farida, Aedy Moward, Sutjipto, Awal, Johana hingga Suzanna. Kisah yang diangkat adalah perjalanan pangjang prajurit divisi Siliwangi dari Yogyakarta ke Jawa Barat setelah Yogyakarta diserang dan diduduki pasukan Kerajaan Belanda lewat Aksi Polisionil.

Rombongan hijrah prajurit dan keluarga itu dipimpin Kepten Sudarto (Del Juzar) yang digambarkan bukan sebagai ,tetapi layaknya manusia biasa. Meski sudah beristri di tempat tinggalnya, selama di Yogyakarta dan dalam perjalanannya ia terlibat cinta dengan dua gadis.



Diproduksi dengan anggaran sebesar Rp 350 ribu, Usmar Ismail juga sempat mengalami kesulitan finansial dalam produksi. Tapi ia berhasil menyelesaikan produksi, meski tersandung sensor karena cerita yang diangkat. 'Darah dan Doa' juga sempat direncanakan diputar di Festival Film Cannes.

Ketika dirilis 'Darah dan Doa' tidak terlalu sukses di pasaran, tetapi film itu mendapat ulasan cukup bagus, dan membuat Usmar Ismail diberi julukan 'Bapak Perfilman Indonesia'.

Hari Film Nasional memang telah disepakati lahir pada tanggal 30 Maret 1950 lewat Keppres Nomor 25/1999, namun dikutip dari berbagai sumber, sebenarnya sejarah pembuatan film cerita di Indonesia yang dulunya bernama Hindia Belanda ini sudah dimulai pada tahun 1926.

Bahkan sampai tahun 1942 industri film lokal sudah cukup berkembang, meskipun masih kalah bersaing dengan film-film asing terutama dari Amerika. Dahulu, para pemilik perusahaan-perusahan film lokal adalah orang-orang Tiongkok dan Belanda.

Judul film cerita yang pertama kali dibuat di negeri ini adalah 'Loetoeng Kasaroeng' yang masih berupa film bisu. Penonton hanya melihat gambar yang bergerak tanpa bisa mendengar suara dari para pemain film.

Pemain film 'Loetoeng Kasaroeng' adalah orang-orang pribumi sedangkan pembuatnya, dua orang asal Belanda, G. Krugers dan L. Heuveldorf. Ketika film ini dibuat, penduduk di kota-kota besar seperti Batavia, Bandung, Surabaya, dan lainnya sudah tidak asing lagi dengan pemutaran film yang dulu dikenal dengan sebutan Gambar Idoep.

(ich/dal)

Hide Ads