Asri merasa Cocote Tonggo dirasa dekat dengan realitas masyarakat masa kini. Hal ini sekaligus memperkuat alasannya main dalam film besutan Bayu Skak tersebut.
"Cocote Tonggo kenapa aku ambil, karena menyentuh kehidupanku juga. Setiap orang hidupnya beda, lahirnya beda, masalahnya beda, trauma masa lalunya beda, di Cocote Tonggo aku belajar menerima," ujarnya ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (9/5/2025).
Lebih lanjut, Asri Welas merasa Cocote Tonggo bukan perihal akting saja, tapi cerminan dinamika sosial yang dirasakan jarang dibahas. Menurutnya, menyuarakan pendapat seenaknya, baik positif maupun negatif, punya dampak serius bagi mental seseorang.
"Di era kita ini sama tetangga pertemanan bahkan di digital gak kenal bisa sepedes itu ngomongnya. Dianggap tidak normal, normal tidak normal setiap orang apa kamu tahu sejarahnya?" katanya.
Lewat karakter Bu Pur yang ia perankan, Asri mengaku tertantang. Sebab, ia harus menjadi pribadi yang super judes dan tajam ketika bicara.
"Aku di sini jadi super judes untuk pertama kali, selama ini kan di film lain aku jadi orang susah," tuturnya.
Keluar dari zona nyaman dan karakter aslinya yang gak enakan, Asri Welas bahkan sempat sungkan memainkan karakternya.
"Jadi saya menerima ini mau ngerasain saja gimana sih ngomong seenaknya, sampai kadang-kadang mau ngomong ke pemain lain nggak tega," ujarnya.
Film Cocote Tonggo juga sekaligus jadi ruang bagi Asri Welas untuk berefleksi dan menyadari pentingnya menerima diri. Ia beradu akting dengan Ayushita dan Dennis Adhiswara.
"Yang penting saya menerima keadaan apa pun yang saya jalankan. Tapi gak semua orang terima ada yang ngomentarin jelek atau gimana jadi depresi akhirnya sampai bunuh diri. Benar itu sampai depresi sampai gak sekolah, gak kerja, gak apa pun resign karena dicocotin," pungkasnya.
(mau/ass)