Film Superhero Dianggap Makin Membosankan, Apa Masih Ada Harapan?

Film Superhero Dianggap Makin Membosankan, Apa Masih Ada Harapan?

Asep Syaifullah - detikHot
Selasa, 20 Jun 2023 15:03 WIB
Kang the Conqueror
Cuplikan adegan Jonathan Majors di Ant-Man and the Wasp: Quantumania. Dok. Marvel Studios
Jakarta -

Belum lama ini ramai fenomena yang disebut sebagai superhero fatigue, di mana para penikmat film superhero mulai jenuh dengan pola yang berulang-ulang dan hampir seragam. Harapan akan adanya perubahan pun selalu saja muncul, seperti saat Star Wars hadir dan menjadi film ikonik dalam beberapa generasi.

Masyarakat pun sepertinya merindukan hal tersebut, bagaimana perubahan terjadi semenjak Iron Man dirilis pada 2008 dan menghadapi tantangan berat setelah pandemi hingga akhirnya perombakan besar-besaran di DCU yang kini ditangani oleh James Gunn dan Peter Safran.

Semuanya pun tertuju pada satu hal yakni perubahan dan perbaikan!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengingat beberapa performa film-film superhero yang memburuk seperti Ant-Man and the Wasp: Quantumania yang meraih 106 juta USD pada pekan pertama dan hanya meraup pendapatan total senilai 214 juta USD. Atau yang terjadi pada Shazam! Fury of the Gods yang hanya menghasilkan profit sebesar 75 juta USD dan Black Adam yang meraup pendapatan total sebesar 393 juta USD, sementara biaya produksi mencapai 260 juta USD belum termasuk ongkos promo dan lainnya.

Beberapa bintang film superhero pun sempat terang-terangan mengatakan jika butuh adanya perubahan dalam industri tersebut agar kualitas film yang dihasilkan jadi lebih baik dan tak sekadar menyambung cerita saja. Chris Hemsworth bahkan mengakui film Thor terakhirnya itu seperti sampah dan Tom Holland yang tak ingin kembali menjadi Spider-Man jika tak ada perkembangan dari film tersebut.

ADVERTISEMENT

James Gunn yang terlibat dalam dua studio besar, yakni DC dan Marvel Studio mengiyakan fenomena ini. Dalam wawancaranya bersama Rolling Stones ia mengatakan ada masalah dengan gaya bercerita yang dihadirkan.

"Kurasa Superhero Fatigue itu benar-benar nyata. Itu bukanlah masalah pada (karakter) superhero melainkan gaya bercerita yang dibawakan. Kita cinta pada Superman, kita cinta Batman, kita cinta Iron Man karena mereka adalah karakter mengagumkan yang telah mendapatkan tempat di hati kita."

"Dan jika mereka (hanya menghadirkan) kisah omong kosong di layar maka (penonton) akan merasa bosan. Namun aku merasa tantangan terbesar dari hal tersebut diciptakan oleh ikatan emosi yang mendasari ceritanya," papar bos DC tersebut.

Meski begitu harapan pastinya akan selalu ada, mengingat beberapa judul berhasil menghadirkan sesuatu yang berbeda dan cukup membekas. Sebut saja perpisahan indah dari James Gunn untuk para fans Guardian of the Galaxy Vol. 3 yang dikemas begitu apik dan sangat berbeda.

Spider-Man: Across the Spider-Verse juga berhasil mencuri hati para penikmat film superhero. Mereka bahkan melewati sukses yang dihasilkan film pertama dari animasi yang berkisah tentang kehidupan Miles Morales (Shameik Moore). Masa depannya pun terasa begitu menjanjikan dengan beragam petualangan seru yang akan dijalani oleh Miles.

Dan yang terbaru ada The Flash yang sudah panen pujian sejak sebelum resmi ditayangkan. Film garapan Andy Muschietti itu menunjukkan adegan-adegan aksi dan visual apik bisa dikolaborasikan seindah itu. Bahkan mereka sampai menyiapkan beberapa ending untuk membuat kejutan bagi para penontonnya (ending di Screening, Comic Con berbeda dengan yang ditayangkan di bioskop).

Sinematografi Andy Muschietti pun seperti sebuah angin segar dan standar baru untuk dunia superhero yang seolah lupa mereka berangkat dari komik yang membawa para penikmatnya berimajinasi dengan liar.

Dua rumah besar film superhero, DC dan Marvel pun kini tengah menyiapkan senjata-senjata mereka untuk memanjakan para penonton yang tumbuh bersamanya serta generasi baru yang menjadi calon penikmatnya.




(ass/pus)

Hide Ads