Penulis Stephen King mungkin agak memiliki kekuatan hand of midas versi horor yang membuat apa pun yang dibuatnya menjadi kisah yang menyeramkan. Beragam kisah-kisah penuh teror telah lahir dari tulisannya dengan mengangkat campuran antara konsep magis, monster hingga teror berdasarkan psikologis manusia.
Namun siapa sangka ternyata Stephen King juga sempat menjajal genre baru dalam karyanya dan tak ingin horor melulu. Ia pun pernah menjajal untuk membuat komedi satir dari kisah yang terjadi di era itu dan lahir lah Needful Things pada 1991.
Mengangkat fenomena yang terjadi pada era 80-an, King mengaku terinspirasi dari kisah Jim dan Tammy Faye Bakker yang membuat kerajaan bisnis dari agama. Niatnya membuat humor satir ternyata tak bisa lepas dari unsur horor, bahkan membuat kisah tersebut jadi salah satu horor paling kelam yang pernah diciptakan olehnya.
Saat perdana dirilis, novel itu pun dilabeli sebagai novel horor lainnya dari Stephen King dan bukanlah bergenre dark comedy seperti yang diniatkan si penulis. Para pembacanya kala itu pun sempat kebingungan karena mengharapkan sebuah suguhan baru tapi justru malah mendapatkan cerita yang cukup menyiksa psikologis mereka.
Dua tahun setelah novel itu dirilis, kisah tersebut diangkat menjadi sebuah film oleh Fraser Clarke Heston bersama Columbia Pictures pada 1993. Sayangnya film tersebut tak mendapatkan respon yang cukup baik dan hanya berhasil meraup pendapatan sebesar 15,2 juta USD.
Beberapa kritikus pun memberikan komentar yang cukup pedas pada film tersebut, salah satunya adalah Roger Ebert yang menyebutkan jika tak ada komedi dan keseraman di dalam film itu melainkan hanya perasaan depresi di sepanjang film. Janet Maslin dari The New York Times pun menuliskan review negatif dengan mengatakan jika dirinya merasa sangat tak nyaman di sepanjang film dan ini pertama kalinya ia rasakan dari karya Stephen King.
Needful Things memang menjadi salah satu fase penanda di dalam hidup Stephen King. Karya itu ditulis usai ia menjalani rehabilitasi dari kecanduan narkoba dan alkohol. Novel itu berkisah tentang seorang pria misterius bernama Leland Gaunt.
Leland mengunjungi Castle Rock dan membuat toko bernama Needful Things yang menjual benda-benda yang memiliki ikatan jiwa secara personal dengan para pengunjungnya. Hal ini pun membuat mereka begitu 'ngebet' untuk membeli barang-barang tersebut, sayangnya Leland tak menjualnya dengan uang melainkan sebuah permintaan.
Ia mengawali permintaannya dengan sebuah prank atau pun hal-hal misterius yang kemudian berubah menjadi kematian. Dalam filmnya, Leland pun digambarkan sebagai seorang setan yang menipu manusia dan mengambil jiwa mereka serta mengajarkan bahwa semua hal memiliki harganya tersendiri.
Kembali ke inspirasi Stephen King pada kisah ini yakni Tammy Faye Bakker atau kini dikenal dengan nama Tammy Faye Messner, adalah seorang wanita penginjil asal Amerika Serikat yang juga memiliki beberapa acara televisi dan bisnis lainnya. Kisah Tammy cukup ramai di era 70-an di mana ia membuka The PTL (Praise The Lord) Club, program televisi untuk kerohanian bersama suaminya Jim Bakker.
Acara itu pun laku keras bahkan membuatnya memiliki channel televisi sendiri dan membuat perusahaan yang mendatangkan keuntungan hingga 120 juta US dalam setahun. Tammy pun mengembangkan bisnisnya dengan membuat taman hiburan yang bertemakan agama dengan nama Heritage USA yang menghabiskan dana hingga 200 juta USD dan menjadi salah satu taman hiburan terlaris setelah Disneyland.
Kerajaan bisnis dengan unsur agama itu pun mulai hancur pada era 80-an akhir setelah muncul beberapa laporan tindak pidana dan pelecehan yang dilakukan oleh rekan Tammy yakni Jim Bakker. Perusahaannya yakni PTL pun mulai bangkrut bahkan Jim dihukum 45 tahun penjara atas 24 penipuan yang dilakukannya.
Simak Video "Video Omar Daniel soal Banyak Terima Proyek Film Horor: Sangat Challenging"
(ass/dar)