Film horor masih menjadi salah satu genre yang paling ramai di tahun ini. Beragam judul pun hadir hampir di setiap bulannya dan salah satu yang ramai dibahas adalah Khanzab.
Film garapan Anggy Umbara itu dijadwalkan tayang pada libur lebaran Idul Fitri mendatang. detikcom pun berkesempatan untuk ngobrol-ngobrol bersama dua bintangnya yakni Yasamin Jasem dan Tika Bravani yang berbagi cerita mengenai proses syuting di Bodetabek hingga fenomena film horor saat ini.
Seperti apa? Berikut wawancaranya!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Boleh perkenalkan dulu karakternya di film ini?
Yasamin Jasem:
Jadi aku berperan sebagai Rahayu, anak remaja yang rebel dan tidak stabil dan menyebalkan. Tapi dibalik itu semua dia punya trauma karena dia lihat bapaknya dipenggal di depan dia sendiri dan itu efeknya mempengaruhi Rahayu banget dalam kehidupan sehari-harinya. Jadi hal itu bikin dia penuh dendam dan bikin semua makin kisruh.
Tika Bravani:
Saya sebagai Mbak Nuning, ibu tirinya Rahayu, bukan pelakor. Saya juga punya anak satu lagi umurnya tujuh tahun. Secara karakter sebenarnya hidupnya baik-baik saja bukan ibu tiri yang sadis, tapi hidup saya berubah sejak Rahayu menemukan sesuatu dan sejak itu malapetaka di mulai.
Pas ditawarin naskah, kepikiran apa?
Tika Bravani:
Kepikiran ini cerita relate banget sih, kayak misalnya Khanzab ini kan jin yang mengganggu orang ibadah.
Yasamin Jasem:
Aku pas pertama baca jadi tahu 'Oh kalau kita suka lupa pas salat itu ternyata ada dan namanya Khanzab'. Ternyata ketika kita gak fokus itu ada mereka yang ganggu kita. Terus pas baca baru tahu ternyata nggak ujug-ujug mereka gangguin kita dan ada motifnya kenapa Khanzabnya mengganggu orang-orang yang salat.
Proses syuting gimana? Asyik atau mencekam?
Yasamin Jasem:
Sebenarnya namanya syuting horor ya nggak seasyik itu. Asyik itu ya kita buat-buat supaya suasananya... Kayaknya banyak (yang adegan menyeramkan) tapi nggak ada yang mengganggu selama di set. Walaupun syuting sama banyaknya Khanzab palingan selalu berusaha untuk interaksi, berusaha untuk make sure 'ini aslikan manusia, masih bisa diajak ngobrol kan?'
![]() |
Set di mana saja dan paling banyak syuting di mana?
Tika Bravani:
Paling banyak sih di Ruko terlantar gitu terus sama di Mushola.
Di trailer ada adegan penggal kepala?
Tika Bravani:
Ya ini (genrenya) gabungan lah, mau yang setan-setannya ada, mau sadis-sadisnya juga ada. Soalnya banyak banget efek-efek melepuh, kena kutukan dan kepala dipenggal. Bahkan cetakan kepalanya mirip banget, itu niat sih dan semua efek-efeknya kayak bener-bener nyata. Selama syuting sih kita santai tapi kayaknya pas jadi makin menjijikan deh.
Yasamin Jasem:
Pas syuting aja kita mau bikin jumpscarenya aja dikit banget ya. Emang sengaja dibikin begitu, dari cerita dan aksinya aja udah bikin deg-degan kayak 'ini lo mau ngapain sih?'
Adegan paling menguras energi?
Tika Bravani:
Aku ada sih, tapi kalau diceritain spoiler. Lebih ke scene nya panjang dan nggak banyak dialog jadi ada banyak keterkejutan dan transisi lah misalnya dari kalap terus sedih dan berhubungan dengan CGI, pokoknya itu repot banget dari pagi ke pagi lagi nggak kelar-kelar. Apalagi seorang Anggy Umbara cukup detail dengan yang dia mau shotnya, jadi kayak muter,'Ini kayaknya udah deh, ini yang mana lagi'. Jadi kayaknya nggak habis-habis sampai memar-memar. Setnya juga udara juga minim karena tempat berdebu dan kru banyak, terus kayak ngos-ngosan dan blackout setelahnya.
![]() |
Kenapa main film horor?
Tika Bravani:
Ini kayak challenge karena aku penakut dan penasaran syuting horor tuh kayak apa. Terus setelah dicoba seru tapi memang itu banget, jam biologis berubah, set sama propertinya kayak dark banget. Di sini settingnya horor terus di situ ekstras setannya pada duduk-duduk, meskipun kita tahu itu pura-pura tapi kayak semua masuk dan berasa jadi lebih capek aja.
Yasamin Jasem:
Kalau aku untuk menonton lebih suka kartun atau family movie, tapi untuk akting horor jadi salah satu yang lumayan bisa membuka kita atau eksplore yang kalau di real life nggak bisa dilakuin. Kayak di real life kita nggak mungkin teriak di tengah jalan, tapi kalau di horor kan lebih make sense. Jadi kalau mau lepasin emosi lebih enak main horor.
Dan di usia aku yang 19 tahun mungkin ada pro-kontra kenapa sih nyaman banget main horor terus? ya aku ngerasa ada kesempatannya di sini jadi eksplore aja karena horor kan nggak sama rata, ada yang slasher, thriller, jumpscare, ya nggak salahnya eksplore mumpung umurnya masih segini.
Gak takut kejebak di satu genre?
Yasamin Jasem:
Sebenarnya biarpun nyaman di horor kita masih pilih-pilih, jadi bagaimana karakternya nggak seragam. Ya hopefully gak cuma melihat oh dia main film horor tapi melihat juga karakter yang aku mainin. Takut sih ada, cuma nanti ada waktunya berubah lagi kok.
Sempat mikir rehat dulu dari main film horor?
Yasamin Jasem:
Awalnya sebelum Khanzab ada sih. Mungkin kalau kita lagi syuting film horor ditanyain mau main film horor lagi pasti jawabannya nggak, tapi pas lihat karakternya menyenangkan dan rekan-rekan kerjanya juga asyik jadi malah ketarik untuk ikutan lagi. Karena kalau sudah kebiasaan syuting gitu daripada di rumah atau ngumpul sama temen tuh ngerasa kurang aja, jadi daripada bosan.
Film horor disebut naik kelas?
Yasamin Jasem:
Aku agree sih kalau film horor kita naik kelas karena banyak aspek yang dulu-dulu itu udah nggak dipake sekarang, kayak film horor seksi-seksi dan sekarang lebih menjual cerita yang relatable gitu. Dan semuanya butuh progress dan sudah kelihatan bedanya dari dulu dan sekarang. Aku sih penginnya dihargain aja dulu progressnya sekecil apapun oleh penonton Indonesia biar kita makin maju lagi dan makin semangat bikin film yang lebih baik.
(ass/dar)