Ant-Man and The Wasp: Quantumania akan membuka fase 5 MCU (Marvel Cinematic Universe) dan mengajak penggemar berpetualang di Quantum Realm. Ini merupakan pertama kalinya kita akan dibawa masuk ke semesta ini setelah sebelumnya hanya sekadar ngintip sedikit. Menciptakan Quantum Realm disebut sebagai salah satu hal paling menantang oleh sutradara Peyton Reed.
Saat berbincang dengan detikcom dalam wawancara di Sydney, Australia, Peyton Reed menjelaskan bagaimana mereka menciptakan suasana Quantum Realm. Dia dan tim film Ant-Man and The Wasp: Quantumania menggunakan teknologi bernama StageCraft. Set pengambilan gambar pun dilakukan di Volume.
"Kami tahu tantangan terbesar di 'Quantumania' adalah membangun Quantum Realm itu sendiri. Jadi kami banyak menggunakan teknologi tradisional di sini seperti blue-screen, green-screen, dan hal-hal yang biasa dipakai untuk produksi seperti ini. Tapi ada sekuen-sekuen yang kami rekam di The Volume," kata Peyton Reed yang saat berbincang hari itu mengenakan kemeja santai berwarna biru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
StageCraft dan The Volume ini merupakan teknologi yang dikembangkan oleh ILM (Industrial Light & Magic). Sebelumnya teknologi yang sama digunakan oleh Disney untuk produksi serial The Mandalorian.
Waralaba Avatar menggunakan The Volume buat syuting keseluruhan adegan mereka, meski mungkin yang digunakan di produksi ini berbeda dalam beberapa hal. Namun untuk Ant-Man and The Wasp: Quantumania, Peyton Reed memutuskan untuk menggunakan teknologi StageCraft ini untuk adegan-adegan tertentu di Quantum Realm. Dia pun menjelaskan soal teknologi ini.
"Ada sekuen-sekuen yang kami rekam di The Volume. Ini merupakan teknologi bernama StageCraft, yang dikembangkan oleh ILM (Industrial Light & Magic). Kami pakai teknologi yang sama untuk The Mandalorian dan terasa pas dengan beberapa set di film ini, terutama karena teknologi ini punya fitur 360 derajat layar LED," lanjut dia.
Dari segi teknis, syuting di Volume cukup menantang buat tim produksi karena mereka harus menyesuaikan pencahayaan dengan LED yang ditampilkan. Sementara untuk para aktor, menurut Peyton Reed, teknologi ini sangat membantu mereka dalam berakting.
Di set syuting tanpa StageCraft, sutradara akan menggunakan bola tenis untuk memandu para aktor saat berakting. Sebut saja misalnya saat mereka sedang melihat makhluk dari alam lain atau sedang bertarung dengan monster. Namun dengan StageCraft, visual dari makhluk tersebut bisa langsung ditampilkan di LED.
"Syuting dengan teknologi ini benar-benar membantu para aktor dalam adegan, alih-alih melihat sebuah bola tenis (yang biasa digunakan sebagai pemandu saat syuting dengan CGI), mereka benar-benar bisa melihat apa yang diproyeksikan di layar LED dan langsung bereaksi. Lalu dari sisi pengambilan gambar, Bill Pope, sinematografer kami yang benar-benar seorang jenius. Dia menciptakan lampu-lampu interaktif yang membuat aktor merasa benar-benar ada di dalam Quantum Realm!" tutup Peyton Reed.
Sebelum wawancara dengan detikcom, Peyton Reed sempat menjajal main lato-lato di karpet merah. Rupanya sang sutradara sudah familier dengan permainan tersebut. Lihat videonya di bawah ini:
Ant-Man and The Wasp: Quantumania akan tayang di bioskop Indonesia 15 Februari 2023.