Kemenangan ini disambut suka cita oleh tim di balik layar film tersebut. 'Kucumbu Tubuh Indahku' mengalami sejumlah protes saat tayang di Tanah Air. Sebuah ormas sempat menggeruduk pemutaran film ini di Yogyakarta dan yang teranyar film ini diprotes di Bandar Lampung.
"Semoga penghargaan ini menjadi simbol kebebasan berkarya di Indonesia. Merdeka sinema Indonesia!" ungkap Ifa Isfansyah saat menerima penghargaan.
'Kucumbu Tubuh Indahku' mengalahkan empat film lain yang masuk dalam nominasi ini. Film-film itu di antaranya 'Bumi Manusia', '27 Steps of May', 'Dua Garis Biru' dan 'Keluarga Cemara'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muhammad Khan mengalahkan lima aktor papan atas lainnya di antaranya Abimana Aryasatya ('Gundala'), Reza Rahadian ('My Stupid Boss'), Lukman Sardi ('27 Steps of May') juga Ringgo Agus Rahman ('Keluarga Cemara').
"Makasih untuk Mas Garin yang mempertemukan saya dengan Juno. Untuk Randy Pangalila, Mas Whani Darmawan juga orang tua dan sahabat-sahabat saya untuk peran ini," ungkap Muhammad Khan saat menerima piala secara langsung, di Graha Metro TV, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Minggu (8/12/2019).
Baca juga: Garin Nugroho Raih Piala Citra Pertama |
Film 'Kucumbu Tubuh Indahku' sendiri berkisah tentang penari Lengger bernama Juno. Sejak ditinggal ayahnya, Juno bergabung dengan sanggar tari Lengger. Muhammad Khan dituntut tampil maskulin sekaligus feminin untuk perannya tersebut sebagai Juno.
Adalah sosok Garin Nugroho yang ada di balik film tersebut. Ia pun untuk pertama kalinya meraih piala citra sebagai sutradara terbaik.
Garin bersaing dengan sejumlah sutradara lain di nominasi ini. Mereka di antaranya, Gina S. Noer (Dua Garis Biru), Hanung Bramantyo (Bumi Manusia), Ravi L. Bharwani (27 Steps of May) dan Riri Riza (Bebas).
"Penghargaan ini menjadi representasi kemerdekaan berekspresi film Indonesia," ungkap Garin dalam pesan yang disampaikan oleh putrinya, Kamila Andini.
Ini menjadi ketiga kalinya Garin Nugroho dinominasikan sebagai sutradara terbaik. Sebelumnya ia pernah masuk di kategori ini untuk film 'Cinta dalam Sepotong Roti' (1991) dan 'Under The Tree' (2008).
Sepanjang 38 tahun kariernya Garin belum pernah memenangkan piala citra. Kemenangan ini pun menjadi kemenangan pertama untuk sang sutradara.
(doc/nu2)