Jakarta -
Jauh sebelum filmnya dirilis, 'Joker' sudah menjadi sorotan. Film ini membuat publik khawatir.
Kekerasan bukan hal baru di Amerika. Kita sudah kerap membaca bagaimana penembakan massal bukan sekali dua kali terjadi di AS.
Di Twitter, ada komentar yang muncul ketika film ini baru merilis trailernya.
"Di momen kekerasan yang kian meningkat yang dilakukan pria kulit putih, apakah ini merupakan jalan yang terbaik untuk menampilkan sebuah film tentang pria kulit putih melakukan kekerasan dapat dipandang sebagai hal yang menarik simpati?" cuit akun Hilary Agro.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
'Joker' dirilis premiere Agustus 2019. Bulan yang sama dengan tragedi penembakan yang dilakukan pria 21 tahun dan menewaskan 22 orang di pusat perbelanjaan, El Paso, Texas.
Belum usai peristiwa kelam tersebut, tak lama ada penembakan yang juga terjadi di Dayton, Ohio dan menewaskan 9 orang.
Yang teranyar, korban penembakan tujuh tahun silam di premiere 'The Dark Knight' buka suara jelang dirilisnya film 'Joker'.
Di antara rasa khawatir peristiwa yang sama akan terulang, salah satu keluarga korban meyakini, kejahatan akan selalu ada terlepas 'Joker' ada atau tidak.
"Orang-orang yang kejam ada terlepas dari apakah 'Joker' dirilis, dan orang-orang yang memiliki masalah dengan film itu tidak harus menontonnya," ungkap Mike Senecal seorang ayah yang kehilangan putrinya di tragedi penembakan 2012.
Halaman Selanjutnya
Halaman
.webp)
