Bagi Garin, penolakan terhadap film besutannya itu sebagai wujud masih kuatnya politik identitas di negeri ini. Padahal seharusnya masyarakat bisa lebih dewasa menyikapi sebuah karya seni dan pemikiran lewat film.
"Saya kena nasib melodrama dalam hidup saya. Film saya kena politik identitas dan korporasi Avengers. Jadi nggak punya kuota untuk (film) lokal. Kekuasaan global jadi besar," kata Garin dalam Blak-blakan bersama detikcom, Rabu (1/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah pihak, kata Garin, menghakimi film tersebut tanpa menonton dan memaknai pesan yang ingin disampaikan. Sehingga film hanya dimaknai tentang isu sensitif saja.
"Multikultur di kita menjadi sebuah jargon saja, tapi dalam praktik hidup, ada jarak antara jargon dengan praktik hidup kita," tutur Garin. (nkn/nkn)