Film 'Bumi Itu Bulat' Singgung Isu Intoleransi yang Terjadi di Indonesia

Film 'Bumi Itu Bulat' Singgung Isu Intoleransi yang Terjadi di Indonesia

Febriyantino Nur Pratama - detikHot
Rabu, 03 Apr 2019 11:00 WIB
Film 'Bumi Itu Bulat' Singgung Isu Intoleransi yang Terjadi di Indonesia Foto: Pingkan/ detikHOT
Jakarta - Film 'Bumi Itu Bulat' mengangkat latar belakang intoleransi yang sudah kacau di masyarakat sekarang ini. Film yang semata-mata mengajak agar masyarakat meningkakan toleransi itu hasil pemikiran Robert Ronny, Christine Hakim, Arie Kriting, dan GP Ansor (Banser).

"Masalah intoleransi meningkat drastis beberapa tahun terakhir. Ini bukan kira-kira atau kata siapa, tetapi fakta. Bahwa ada kasus seperti pembakaran, penutupan tempat ibadah. Tentu saja GP Ansor paling tahu karena mereka paham statistik di lapangan," kata Robert saat screening film yang berlangsung di XXI Epicentrum Jakarta, Selasa (2/4/2019).

"Film ini semestinya menggugah kita semua karena hari ini, kita mayoritas diam melihat intoleransi pesat berkembang. Mereka (kaum intoleran) kecil, tetapi berisik. Sementara yang mayoritas diam-diam karena takut, tidak tahu, atau memang tidak peduli lagi. Ketika kita sudah ada di masyarakat karena sudah bertemu dengan orang lain, pada hakekatnya kita ini sama-sama manusia Indonesia yang harus dihilangkan sekat-sekatnya saat berinteraksi," ungkap Syaiful mewakili GP Ansor.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia pun menambahkan, "Di ruang pribadi, kita punya hak masing-masing. Mudah-mudahan film ini menggugah mayoritas supaya mau bersuara, bahwa intoleransi harus dicegah dan diredam di bumi nusantara. Kita tahu Indonesia beragam sehingga tidak ada klaim kebenaran yang mengalahkan kemajemukan," ungkap Syaiful mewakili GP Ansor.

Sementara itu, menurut sutradara Ron Widodo masalah toleransi ini amat mudah ditemui saat ini. Contohnya adalah saat bertanya keyakinan kepada orang lain.

"Kita tidak omong intoleransi besar ya, tetapi yang kecil. Misal orang nanya, 'Lo agamanya apa?' Secara nggak langsung, orang akan terintimidasi. Saya ingin memberikan gambaran kepada penonton, ini lho yang terjadi di sekitar. Setelah ini, mau berbuat apa?" ungkap Ron.

Menurut Arie Kriting yang juga ikut berakting, sejak awal digagas ia sudah tertarik dengan permasalahan ini. Khususnya ketika Arie pernah mengalami permasalahan perang antar suku sehingga ia berpesan untuk meningkatkan toleransi.



"Kalau saya sejak awal gabung bantu terlibat tujuannya karena ada muatan toleransi yang disampaikan. Kalau saya melihatnya kadang berbicara toleransi itu berat bersinggungan sama etnis atau SARA yang ujungnya negatif, berbobot berat padahal masalah toleransi bisa hadir dalam keseharian," katanya.

Contoh sederhana, lanjut dia, anak-anak mimpi mau tampil di event sebagai grup acapella tapi terbentur toleransi. "Masa kita tunggu sampai parah sih untuk mengingatkan toleransi. Kami pernah merasakan konflik perbedaan suku jangan sampai merasakan itu lagi, menurut saya harus diingatkan kembali ada mekanisme untuk meringankan pergesekan, itu namanya toleransi," ungkap Arie.


(fbr/tia)

Hide Ads