Setelah diajak ke masa lalu, kita langsung melompat jauh ketika Mandra dengan komedinya membawa tas besar keluar dari kamar bermonolog dengan sedikit berteriak. Mandra lalu masuk ke kamar Mak Nyak yang sedang terbaring di kasur untuk meminta izin pergi ke Belanda.
Pemandangan itu seperti tak cuma untuk kebutuhan film, tapi benar-benar keadaan asli. Dengan kondisi Aminah Cendrakasih yang kini tengah sakit. Adegan Mandra meminta izin itu menjadi pintu yang natural untuk menjembatani keseluruhan cerita film yang diproduksi Falcon Pictures tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mandra masih menjadi sosok sentral beberapa detik ke depan dengan komedi ringan khasnya. Celetukan yang diucapkannya membuat kita tak henti tertawa menghilangkan rasa kantuk dengan kisah masa lalu yang disuguhkan.
Tak ada yang berubah dari Si Doel setelah 26 tahun berlalu. Ia masih menjadi sosok pendiam bahkan cenderung pemurung. Film ini hanya melibatkan sedikit dialog untuk Rano, bahkan nyaris hanya satu paragraf saja jika naskah diketik di sebuah kertas A4.
Sepanjang film, Rano Karno hanya menekuk wajah menegaskan beban berat yang tengah dipikulnya. Ada soal Mak Nyak yang tengah terbaring sakit di kamarnya, Sarah yang menghilang selama 14 tahun hingga sosok Jaenab, janda yang ditolongnya ketika mengalami keguguran. Persoalan terakhir itu juga yang jadi satu-satunya alasan Sarah minggat dari rumah.
Film itu membawa dua dunia ke dalamnya. Situasi nyata tentang kondisi Mak Nyak, hingga kabar mengenai meninggalnya Basuki yang memerankan sosok Karyo.
Bermacam rasa campur aduk ditambah dengan suguhan gambar yang bergerak cepat memperlihatkan kondisi Sarah di Belanda dan Jaenab di Jakarta. Kadang kita dibawa memaklumi akan kondisi yang dialami oleh Sarah, tetapi sosok Jaenab juga wajib mendapat simpati terlebih ia terlalu lugu untuk kita benci.
Harus digaris bawahi, Si Doel tak butuh banyak adegan mewah untuk membuat penonton menangis. Meski terkadang Doel membuat kita jengkel karena tak memberi keputusan apapun. Ia hanya seperti seorang lelaki yang kebingungan di antara dua istri.
Doel meyakinkan kita sebagai manusia butuh seseorang yang paling tidak memberikan bahunya untuk bersandar. Dan sayangnya, Doel tak mendapatkan itu dari siapapun, bahkan dari teman dekatnya, Hans atau adiknya, Atun dan saudaranya, Mandra yang asyik sendiri dengan perannya.
Pertempuran batin itu membuat Doel jadi sosok dengan prinsip kuat untuk diam, atau memang seorang peragu yang tak punya prinsip. Kalau kata Mandra: Prinsip itu apa sih, Doel?
Tonton juga video: 'Pemain 'Si Doel The Movie' Beri Kejutan Para Pekerja di Ciganjur'
(nu2/dar)