Hanung Bramantyo membaca Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer sejak duduk di bangku SMA. Ia merasa tersentuh dengan kisah tragis Minke dan Annelies.
Kini, Hanung bakal terlibat sebagai sutradara untuk memfilmkan novel tersebut. Ia pun memberikan sudut pandangnya mengenai kemasan yang bakal dirangkumnya dalam film yang diproduksi Falcon Pictures tersebut.
"Novel Bumi Manusia dan tetralogy nya adalah bicara tentang Indonesia yang masih belia yang bergerak menuju sebuah perubahan Nasional. Minke, Annelies, Nyai Ontosoroh adalah sosok yang digunakan Pram untuk meletakkan ke Indonesiaan tersebut. Saya percaya, pak Pram memilih kisah cinta Minke-Annelies untuk menghantarkan gagasan tentang Ke Indonesiaan tersebut agar masuk ke hati pembaca (yang Mana pada saat itu tentunya ditujukan untuk anak-anak muda) seperti saya," tulis Hanung dalam pesan singkat kepada detikHOT.
Ia mengaku tersentuh dengan kisah cinta antara Minke dan Annelies ketika pertama kali membaca novel tersebut. Ia terbawa perasaan hingga marah dan mengutuk sistem kolonial.
"Juga pada manusia-manusia yang tunduk kepadanya. Tidak Jawa. Tidak Eropa. Tentunya, pengalaman saya yang masih muda tersebut akan dirasakan oleh anak-anak saya. Adik-adik saya. Pengalaman bagaimana MEMBACA INDONESIA dari sudut pandang berbeda melalui ROMAN yang dihadirkan Minke-Annelies," tuturnya.
"Tolong kalimat saya tersebut jangan dipersepsikan bahwa saya hanya akan mencomot kisah cinta-nya, tanpa menyertakan konteks ke Indonesiaan. Sama sekali tidak. Justru di sana menariknya novel Bumi Manusia. Bagaimana penonton membaca sejarah dengan kemasan roman."