Meski berangkat dari fakta sejarah, sutradara film 'Moonrise Over Egypt' mengakui adanya bumbu fiksi yang ditambahkan di film tersebut. Tujuannya adalah agar film tersebut dapat lebih diterima dan menghibur.
"Mostly sebenernya dari sisi backbone story-nya saya bisa bilang ada 80 persen memang fakta sejarah, yang jadi tulang punggung cerita film adalah cerita dari perjuangan diplomasi ini mendapat pengakuan. Nah, elemen 20 persen itulah yang kami bentuk adalah fiksinya," ungkap sutradara Pandu Adi Putra kepada detikHOT, baru-baru ini.
Ada dua elemen fiksi yang ditambahkan sebagai bumbu dari film tersebut. Yakni adanya bumbu romansa percintaan di dalam gerakan mahasiswa di Mesir dan intrik spionase saat bagian cerita penjegalan proses diplomasi oleh Belanda.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Pandu, ide tersebut datang setelah melakukan riset sebelum proses penulisan naskah. Dari riset tersebut, ternyata pihak pembuat film melihat adanya ruang-ruang kosong yang bisa diisi oleh cerita fiksi.
"Ini ada ruang-ruang yang bisa diisi dengan intepretasi kreatif artinya ada beberapa poin yang tidak kami temukan detail, bahwa, penjegalan Belanda itu fakta, kenapa mereka dari rencana sekitar 2 atau 3 minggu akan selesai di Mesir, tapi end up jadi 4 bulan di sana, itu tidak lepas dari upaya-upaua perwakilan Belanda di sana. Karena kami beproses itu, NICA juga sedang bersiap untuk kembali menginvasi Indonesia, ada upaya penjegalan, tapi kami mencoba menginterpretasi data-data yang kami dapat, di situ coba kami create ruang fiksinya," cceritanya. (srs/doc)