Sudah tahun 5 sejak 'Pacific Rim' yang disutradarai oleh Guillermo del Toro dirilis, kini franchise tersebut pun kembali dengan sekuelnya. Tak lagi disutradarai oleh del Toro melainkan oleh Steven S. DeKnight, 'Pacific Rim Uprising' membawa bintang 'Star Wars' John Boyega sebagai karakter utamanya; Jake Pentecost.
Film tersebut dibuka dengan penjelasan singkat melalui perpektif Jake, mengenai masa perang, kondisi bumi saat ini dan pekerjaannya sebagai pencuri demi mendapat makanan atau sebotol kecap.
Jake sendiri adalah anak dari Marshal Stacker Pentecost, sang pahlawan yang gugur dalam perang. Namun Jake bersikeras bahwa dia bukanlah ayahnya yang heroik.
![]() |
Dalam salah satu aksi pencuriannya yang gagal, Jake bertemu dengan Amara, seorang gadis remaja keras kepala yang mencuri dan membangun Jaeger seorang diri, serta secara mengejutkan mahir mengendalikannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jake yang tidak suka dengan gagasan Moko pun membuat beberapa kesulitan dengan orang-orang di pusat militer, terutama sahabatnya, Scott Eastwood. Sementara Amara, yang semangat begitu melihat berbagai macam Jeager pun berusaha keras mengikuti pelatihan tersebut.
Tanpa mereka ketahui, ketika Shao Industry mempromosikan penemuan mereka yakni, Drone yang mampu mengendalikan Jeager dari jarak jauh, seseorang kembali membangkitkan Kaiju untuk menghancurkan bumi.
Meskipun tak lagi mendapat sentuhan del Toro, DeKnight berhasil menunjukkan kecanggihan SFX mereka dengan menunjukkan pertarungan robot raksasa yang realistis. Namun sayangnya gagal secara emosional.
![]() |
Hal tersebut terjadi karena tidak ada koneksi yang terbangun antara karakter dan penonton. Perkembangan karakter pun terjadi secara datar. Jake dan Amara seperti berubah begitu saja karena ada ratusan Jeager yang tiba-tiba membelot dan membuat kekacauan.
Padahal plot yang disuguhkan sudah menarik, serta sikap dan dialog Jake yang spontan sukses mengundang tawa. Jangan lupakan cara DeKnight membuka film tersebut dengan penjelasan dari Jake, membuat penonton yang tidak menonton film pertamanya mendapat gambaran situasi yang terjadi dalam film tersebut.
Sayangnya, tidak terbangunnya kemistri antara karakter dan penonton, tentu saja berimbas pada ketika ada karakter yang terluka atau mati dan penonton hanya bereaksi, "Ah tidak, dia mati." Sudah. Tidak ada gejolak emosi.