Film 'Mobil Bekas dan Kisah-kisah Dalam Putaran' adalah salah satu film yang berprestasi di awal kemunculan. Film ini tayang perdana di Korea Selatan, diputar dalam ajang Busan International Film Festival 2017.
"(Tayang perdana) di Busan International Film Festival, kebetulan dapat nominasi tetapi tidak menang. Kemudian (tayang) di Tokyo, ketiga di Hongkong dan keempat di JAFF," kata Ismail Basbeth kepada detikcom di TBY, Jumat (8/12/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ismail menjelaskan, cerita yang diangkat di dalam film ini sebenarnya sederhana. Dia mencoba menggambarkan kondisi hukum, politik, sosial, seni-budaya dan ekonomi Indonesia yang dibagi dalam beberapa segmen saling berkaitan.
"Segmen pertama ekonomi, segmen kedua politik, segmen ketiga seni dan budaya, segmen keempat sosial kemasyarakatan. Di segmen sosial, contohnya kadang kita itu antara orang baik-buruk, benar-salah (perbedaannya) tipis banget," jelasnya.
"Misalnya (segmen sosial) ditunjukkan orang yang awalnya mau menolong tahu-tahu dia jadi penjahat. Kemudian (segmen) kelima misalnya tentang hukum, yang menjelaskan kadang kita tidak berpihak terhadap monoritas," imbuhnya.
Dari sejumlah segmen dalam film ini, Ismail menggunakan media mobil tua ala militer sebagai pengikat setiap segmen. Menurut Ismail, mobil tua itu adalah pengikat sejarah perjalanan Indonesia dari awal kemerdekaan sampai hari ini.
"Kenapa mobil itu, karena kita punya hubungan yang sangat tegas antara Amerika dengan militer. Makanya mobilnya harus buatan Amerika dan militer. Yang menarik mobil itu sudah ada sebelum Indonesia merdeka," ungkapnya.
Seorang pengunjung JAFF ke-12, Luqman, mengaku menikmati film garapan Ismail Basbeth. Namun film 'Mobil Bekas dan Kisah-kisah Dalam Putaran' menurutnya sukar dipahami bila tidak disertai penjelasan yang lebih rinci.
![]() |
"Tadi saya lihat penuh film 'Mobil Bekas dan Kisah-kisah Dalam Putaran'. Tetapi saya tidak begitu paham pesan setiap segmen di dalam film ini. Tepi secara umum film ini bagus. Saya juga baru pertama lihat film ini," sebutnya.
Sebagaimana diketahui, JAFF ke-12 di Yogyakarta diikuti ratusan filmmaker dari 22 negara Asia Pasifik. Setidaknya ada 114 film yang diputar dari tanggal 1 Desember sampai 8 Desember 2017. Rencana tahun depan ajang serupa akan kembali digelar. (mah/mah)