3 Siswa Asal Jateng Ini Bersaing di Kompetisi Film Pendek se-Asia

3 Siswa Asal Jateng Ini Bersaing di Kompetisi Film Pendek se-Asia

Muhammad Idris - detikHot
Rabu, 15 Nov 2017 18:21 WIB
Foto: Dok Pemprov Jateng
Semarang - Tiga pelajar berprestasi asal SMA Negeri 1 Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng), berhasil mewakili Indonesia mengikuti kompetisi internasional yang digelar di Jepang. Acara tersebut yakni Asian International Children's Film Festival dalam perhelatan Japan East Asia Network of Exchange for Students and Youth (Jenesys) 2017.

Ketiga pelajar itu membawa karya sebuah film pendek berjudul Push Me Up!, dan akan bersaing dengan belasan perwakilan dari berbagai negara di Asia. Mereka adalah Alif Kamal Jauhari, Firda Azizah, dan Muhammad Raihan Aditama.

Sebelum terbang ke Jepang, ketiganya berkesempatan bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo di kantor Gubernur Jateng pada Rabu (15/11/2017). Kedatangan para siswa dengan didampingi kepala sekolah serta dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah .

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya doakan semoga sukses dan menjadi pemenang. Saya sangat mengapresiasi dan bangga ada anak-anak Jateng yang berprestasi bahkan sampai internasional," kata Ganjar dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/11/2017).

Pada kesempatan itu, Ganjar menyampaikan bahwa berkarya di dunia seni menjadi salah satu cara anak muda untuk turut serta memajukan bangsa. Tentu saja dengan membuat film-film yang berkualitas dan sarat akan pesan moral.

"Jangan hanya di Jepang ini saja, setelah ini kalian juga harus tetap berkarya. Ciptakan film-film yang berkualitas ya," pesannya memberi semangat pada ketiga siswa yang ditemuinya tersebut.

Ganjar juga berharap agar ada anak muda yang mau tampil menjadi sineas handal di tengah maraknya isu hoax, serta film-film yang kurang mendidik. Sebab itu, tiga pelajar berprestasi ini diharapkan bisa mengkreasikan film-film berkualitas.

"Ini harus dilanjutkan, film dengan pesan moral harus terus diproduksi. Jangan khawatir, karena menjadi seniman di dunia industri kreatif saat ini juga merupakan profesi yang menjanjikan," tuturnya.

Salah seorang siswa, Alif Kamal Jauhari, mengatakan film pendek berdurasi tiga menit ini menceritakan tentang seorang guru teladan. Sang guru digambarkan sangat memamahi bahwa setiap siswa memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta memiliki potensi yang berbeda-beda. Pada film ini diceritakan bahwa guru tidak memperlakukan siswanya secara sama.

"Intinya dalam memperlakukan siswanya itu tidak sama, dan tidak menghukum jika siswa lemah dalam satu mata pelajaran. Karena siswa memiliki potensi dan kemampuan masing-masing, dan itulah yang perlu didorong dan dikembangkan," terang Kamal.

Pada film itu diceritakan ada seorang siswa yang selalu membolos saat jam pelajaran olahraga. Siswa itu justru senang pergi mencari objek foto yang bagus dan ternyata ia suka dengan dunia fotografi. Saat guru tahu bahwa anak itu membolos, di luar dugaan, sang guru tidaklah marah.

"Justru guru itu mendukung dan meminta agar siswanya menekuni hobi fotografinya, akhirnya siswa itu berhasil menjuarai lomba fotografi dan membanggakan sekolahnya," ucap Kamal.

Ide besar dalam film ini, lanjut Kamal, dalah konsep Tut Wuri Handayani, yakni bagaimana seorang guru mampu menjadi pendidik sekaligus pemberi semangat, dan dorongan dalam mengembangkan bakat serta minat setiap siswa didiknya.

Terkait dengan keberangkatannya ke Jepang, ketiga siswa ini sangat bangga karena bisa mewakili Indonesia di ajang internasional.

"Ini suatu kebanggaan yang luar biasa. Menjadi perwakilan negara dalam ajang internasional, sungguh tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, semoga apa yang kami persembahkan bisa turut mengharumkan nama bangsa," ujar Kamal tersenyum. (ega/nu2)

Hide Ads