Gerbang 13: Film Narkoba yang Brutal
Selasa, 10 Mei 2005 20:37 WIB

Jakarta - Bicara narkoba harus dengan aksi brutal dan kekerasan. Begitulah yang ingin diperlihatkan Nanda J Umbara, sutradara "Gerbang 13". Sutradara muda ini pun nggak takut aksi brutal di filmnya akan diprotes.Sejak awal, aksi kekerasan sudah ditunjukkan oleh Nanda melalui adegan pembunuhan sesama gembong narkoba. Tembak-menembak, tusuk-menusuk serta darah yang tercecer di mana-mana, sengaja ditampilkan oleh sutradara muda ini untuk membuat panas penonton filmnya."Gerbang 13" merupakan film pertama Nanda yang berhasil masuk ke jaringan bioskop 21. Film yang juga dibiayai oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) ini sebenarnya sudah dibuat sejak tahun 2001. Namun saat itu baru berupa pilot project."Setelah pilot projectnya selesai, saya sempat tawarin film ini ke mana-mana. Tapi nggak ada yang nerima karena over ekstrim," cerita Nanda.Anak dari sutradara senior Danu Umbara ini mengakui filmnya memang berbeda dari film-film Indonesia yang belakangan ini keluar di bioskop. Kekerasan dan kebrutalan sengaja ditonjolkannya untuk menarik perhatian anak muda yang jadi target utama penonton filmnya."Film tentang narkoba harus brutal seperti ini. Kalau nggak nanti filmnya jadi ngebosenin," imbuhnya.Bicara soal aksi kekerasan di film tentunya tidak mungkin dilepaskan dari yang namanya Lembaga Sensor Film. Nanda mengakui filmnya banyak diedit karena sensor dari lembaga tersebut."Film ini sangat banyak disensor. Salah satunya pada waktu adegan di kafe yang seharusnya banyak darah-darah muncrat. Untuk ngilangin darah-darah muncrat itu banyak efek yang gue pakai," ujar pria yang juga pernah menyutradarai beberapa film independen seperti "Generasi Bunga" dan "Police Love Story" itu.Nanda sangat berharap layar lebar yang diproduksinya bersama Revol Film ini bisa diterima masyarakat. Apalagi sederet bintang seperti Donna Agnesia, Lia Chandra, Erwin Moron, Andi dan Jikun /rif, ikut mendukung aksi brutal di "Gerbang 13."Kisah film berbudget 3 miliar ini berawal dari seorang gembong narkoba asal Thailand bernama Anwar Sukhoi yang ingin menguasai peredaran narkoba di Indonesia. Untungnya usaha Sukhoi untuk merusak Indonesia berhasil diketahui pihak kepolisian. Melalui AKP Bunga Restu Audini, kepolisian membentuk tim undercover untuk melacak jejak si gembong narkoba keturunan Jawa-Thailand itu.Untuk melacak jejak gembong narkoba, pihak kepolisian pun minta bantuan pada para mantan pecandu kelas kakap yang juga punya keahlian masing-masing di bidangnya. Varra misalnya, seorang model yang pernah kecanduan berat pada narkoba direkrut AKP Bunga karena keahliannya sebagai hacker. Ada lagi perilaku kriminal bernama Reno yang diajak gabung dalam tim undercover karena kemampuan indra keenamnya.Aksi-aksi brutal dalam film "Gerbang 13" ditunjukkan oleh sosok antagonis bernama Afman. Pria berdarah dingin yang jadi tangan kanan gembong narkoba Indonesia bernama Rico Gollapagos ini tidak segan-segan memuntahkan peluru atau menusukkan pisau ke orang-orang yang tidak menuruti kehendaknya.Adegan-adegan brutal dan kekerasan dalam "Gerbang 13" bisa dinikmati di 15 bioskop yang tersebar di wilayah DKI Jakarta mulai 15 Mei mendatang. (eny/)