Garap 'Banda the Dark Forgetten Trail', Jay Subiyakto Lakukan Riset 1,5 Tahun

Jakarta - Dalam menyutradarai film dokumenter 'Banda the Dark Forgetten Trail', Jay Subiyakto mengadakan riset selama 1,5 tahun. Dalam kurun waktu itu, ia mengaku terbantu oleh penulis naskah Irfan Ramli yang telah mengerti sejarah.

"Risetnya kebutulan kalau Ipang (Irfan Ramli) kan udah tahu banyak sejarah itu," ungkap Jay Subiakto saat ditemui di Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (26/7/2017) malam.

Baca juga: 'Banda the Dark Forgotten Trail' Bakal Diadaptasi Menjadi Komik

Jay Subiyakto membaca sejumlah literatur mengenai pulau Banda, di antaranya adalah buku yang ditulis oleh Willard A. Hanna, Giles Milton, hingga Adrian B. Lapian dan Moh Hatta.

"Saya juga baca literatur dari Indonesia, karena jadi saya mau lebih dari kacamata orang Indonesia gitu. Karena kalau yang Barat, dia tutupin itu pembunuhannya, genosidanya, sampai dia (VOC di bawah pemerintahan Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen) nge-hire orang Jepang (untuk membenuh sejumlah warga Banda)," tutur Jay Subiyakto.

Dalam filmnya, ia juga mengisahkan tentang sejumlah pahlawan bangsa yang diasingkan ke Banda pada masa penjajahan. Mereka adalah Moh Hatta, Sutan Sjahrir, Dr. Tjipto Mangunkusumo, dan Iwa Kusuma Sumantri.

Baca juga: 'Banda The Dark Forgotten Trail', Jangan Anggap Film Dokumenter Membosankan

Jay pun merasa terbantuk karena kebetulan, ia adalah keponakan dari wakil presiden pertama Indonesia, Moh Hatta.

"Untungnya Moh Hatta itu paman saya. Jadi, saya banyak kayak cerita-cerita yang di segmen itu saya tau surat-surat aslinya saat dia dibuang di Banda gitu," ungkap Jay.

"Itu jadi cerita-cerita yang menarik, yang secara visual juga menarik," tambahnya lagi. (srs/wes)