Menurut sang penulis, Ika Natassa, awalnya ia begitu posesif terhadap novel ini. Ia pun mempertimbangkan sekian lama untuk kemudian memutuskan rumah produksi mana yang ia pilih untuk mengadaptasi novenya menjadi film.
Untuk menyeleksinya, Ika pun mengajak para produser film yang ingin mengadaptasi novelnya tersebut bicara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: instagram Ika Natassa |
Ika pun menganalogikan novel 'Critical Eleven' sebagai anak kesayangannya. "Buat aku cerita ini sangat emosional, personally. Walau aku belum pernah jadi Ale dan Anya in that condition," ungkapnya.
"In the real life, aku belum pernah menikah by the way. Sangat susah buat aku untuk memiliki anak karena kondisi kesehatanku. Buat aku itu sangat heartbreaking for me dan aku harus menerimanya. Kepatahhatian itu yang aku coba tuangkan ke Anya," lanjutnya.
Ika pun menceritakan ia memiliki ikatan yang begitu kuat dengan novel tersebut. Saking merasa terikatnya, ia pernah menangis dan berhenti menulis selama seminggu untuk menyembuhkan diri.
"Ada satu adegan yang kalau di bukunya, abis Anya salah ngomong dan dia tidur di kamar (anaknya) itu I cried so much when I wrote that scene. Aku butuh seminggu untuk recover, baru aku bisa nulis lagi," ungkap Ika. (srs/nu2)












































Foto: instagram Ika Natassa