Lantas seperti apa film 'Kung-Fu Yoga' yang dibintangi superstar Jackie Chan ini?
Film dibuka dengan prolog yang berkisah ihwal pertempuran kolosal di masa lampau antara tentara India yang menunggangi gajah-gajah raksasa melawan seorang raja India dan seorang prajurit China yang luar biasa gesitnya. Sekuen pertempuran ini dibuat dengan teknik grafis animasi 3D yang teknologinya setara dengan grafis animasi era Playstation generasi pertama yang diluncurkan hampir 20 tahun lalu. Dan, sekuen pertempuran tersebut merupakan jiplakan adegan-adegan aksi dari film '300' arahan Zack Snyder. Sungguh sebuah cara membuka film yang murahan, dan sama sekali tak mengesankan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walaupun Jack disebut-sebut sebagai arkeolog terbaik dari daratan China, rupanya ia butuh bantuan juga. Ia pun merekrut Jones Lee, cowok ganteng pemburu harta karun. Lee diperankan oleh Aarif Rahman si Bruce Lee dari film 'Bruce Lee, My Brother'. Bagi yang belum familiar dengannya, Aarif adalah aktor pendatang baru kelahiran Hong Kong, dan ia blasteran Cina-Melayu-Arab. Parasnya mirip-mirip dengan aktor Indonesia, Morgan Oey. Di film ini entah apa sumbangsih dari karakter yang ia perankan dalam kerangka cerita, selain sebagai pemanis saja biar penonton cewek betah berlama-lama duduk di kursi bioskop. Untuk penonton cowok, ada juga penampilan khusus dari Miya Muqi, pelatih yoga paling tersohor sekaligus paling cantik asal China. Di film ini ia tidak unjuk kebolehannya sebagai ahli yoga, melainkan pamer dada besarnya dalam balutan dua potong bikini, dalam slow motion.
Kisah pencarian harta karun ini membawa kita ke lokasi-lokasi eksotis seperti pegunungan es di Tibet, lalu beralih ke Dubai, dan berakhir di India. Jangan berharap Anda bakal disuguhi adegan-adegan aksi penuh adrenalin seperti dalam film 'Chinese Zodiac' yang juga dibintangi Chan, 5 tahun silam. Bila Anda masih mengharapkan Chan bisa tampil prima seperti dulu dalam film semisal 'Supercop', atau 'Rumble in the Bronx' (dua judul ini disutradarai oleh Stanley Tong), sebaiknya kubur dalam-dalam harapan itu. Sebab, kini baik Chan maupun Tong sudah sama-sama sepuh, dan kehilangan jiwa mudanya. Film ini adalah sarana bagi mereka untuk memperlihatkan kepada dunia betapa sudah uzurnya umur mereka.
Untuk mengakali keterbatasan fisik Jackie Chan, lantas dibuatlah aksi kebut-kebutan mobil di jalanan Dubai yang ramai, melibatkan begitu banyak supercar, dan stunt layaknya dalam film-film produksi Hollywood. Hanya saja, di film ini adegan kejar-kejaran mobil itu dibuat dengan standar produksi yang lumayan rendah, penggunaan CGI yang kentara, pun amat berlebihan. Tak hanya mobil jumpalitan dan meledak yang dibuat dengan teknik CGI, ada juga parade hewan seperti singa dan hiena yang dibuat lewat teknik yang sama, sekedar untuk unjuk meramaikan suasana saja.
Tak ada hal yang masuk akal di film ini. Menyebutnya sebagai film yang fun, murni film hiburan yang dimaksudkan sebagai tontonan ringan pun bahkan kurang pas. Jadi, apa korelasi antara yoga dan kung fu di film ini? Tidak ada. Stanley Tong berhasil 'mengibuli' penonton, dan itu menjadi prestasinya sebagai sutradara veteran yang ia capai lewat film main-mainnya ini.
Shandy Gasella pengamat perfilman
(mmu/mmu)