Talia (Valorie Curry) dan Lane (Wes Robinson), pasangan yang mengunggah video tersebut ke internet, memutuskan untuk ikut serta karena mereka juga penasaran dengan misteri hutan tersebut. Bersama-sama, mereka pergi ke hutan yang katanya angker itu. Dalam perjalanan akhirnya terkuak, mengapa orang-orang melarang pengunjung hutan menginap.
Sebelum film ini dirilis, sesungguhnya sudah ada sekuel 'The Blair Witch Project' yang muncul pada tahun 2000 dengan judul 'Book of Shadows: Blair Witch 2'. Namun, memang baru film inilah yang dianggap sekuel "beneran" karena ceritanya mengikuti kelanjutan kisah pertamanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai film horor 'The Blair Witch Project' adalah salah satu pioner penggunaan teknik found footage. Didukung dengan promosi yang meyakinkan, keseruan film tersebut adalah bagaimana cara sutradaranya, Daniel Myrick dan Eduardo Sanchez, membuat penonton ikut merasakan ketakutan yang semakin intens begitu film berjalan. Bagi penonton yang keseringan menonton film horor zaman sekarang, film ini mungkin akan terasa membosankan karena sosok hantunya begitu jarang. Myrick dan Sanchez malah fokus dengan suara-suara dan atmosfer yang kuat,. bukannya sosok hantu yang mengagetkan. Namun justru itulah yang membuat The Blair Witch Project sebagai salah satu film horor klasik. Yang menakutkan bukan sosok penyihirnya namun justru suasananya.
'Blair Witch' karya Adam Wingard—sempat diberi judul 'The Woods' untuk mengelabui penonton—adalah sebuah film yang tidak begitu buruk. Dibandingkan dengan film-film sejenis, film ini masih memberikan beberapa kejutan meskipun semuanya bertumpu pada jump scares. Namun kita tidak bisa bilang bahwa film ini seratus persen memuaskan.
Keluar dari Adam Wingard dan penulis Simon Barrett yang pernah menghasilkan film-film horor seru seperti 'You're Next' dan 'The Guest', 'Blair Witch' terasa seperti sebuah kemunduran. Keduanya terjerembab dalam konvensi film horor kebanyakan. Karakter-karakternya tipikal anak muda yang tidak pintar dan ngeyel pergi ke tempat angker namun panik saat ada kejadian supernatural terjadi. Mereka adalah jenis orang yang akan berteriak-teriak heboh ketika hantu muncul, teman mereka hilang atau mereka sendiri ketakutan. Mereka juga sebodoh itu untuk pergi ke hutan sendirian mencari kayu bakar. Semua klise tersebut tersedia dalam film ini.
Sound design film ini memang cukup efektif untuk membuat penonton lompat dari kursi. Tapi efek serunya hanya di rasa kaget. Bukan ke level bulu kuduk merinding tiada terkira. 'The Blair Witch Project' membuat penonton ketakutan karena atmosfer yang menyeramkan. Ketika penonton hanya mendengar suara batu-batu bergesekan, imajinasi sudah bermain dengan asyiknya. Di sini, Wingard dan Barrett memberikan visual atas horor itu. Dan horor itu ternyata jauh lebih bagus di dalam imajinasi kita daripada visual di layar. Hasilnya? 'Blair Witch' mungkin sebuah horor yang cukupan. Tapi film ini jelas bukan tandingan film pertamanya.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)