Dalam pembuatan komik, ternyata Marvel tak terlalu cerewet memberikan instruksi pada senimannya. Ario, Jessica, Miralti dan Rhoald mengaku tak banyak diminta untuk melakukan revisi oleh sang editor.
Kebebasan dalam berkarya menjadi salah satu moto Marvel untuk para senimannya. Sehingga, komunikasi dengan editor pun jarang dilakukan.
"Komunikasi sih kadang ada, kadang nggak. Kalau detail udah dijelasin, setting siang atau malam, suasana kayak apa. Mungkin nggak perlu tanya lebih lanjut. Kalau kurang info kita biasa tanya melalui email," ungkap Jessica di acara Marvel Creative Day Out yang digelar di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat pada Kamis (7/4/2016).Β
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Empat ilustrator Indonesia yang bekerja untuk Marvel / Delia (detikHOT) |
"Marvel warnanya udah jelas. Kalau warna nggak pernah ada 'miskom'. Biasaya di script udah dijelasin. Mungkin momen-momen khusus aja yang perlu," tambah Ario.
Saking bebasnya, Ario kadang merasa tidak tenang jika mendapatkan revisi yang tidak terlalu bayak. Pria kelahiran Bandung tersebut merasa klien-kliennya di Indonesia lebih 'kejam' daripada Marvel.
"Saya selama ngerjain Marvel mereka itu baik sekali. Dibandigkan klien lokal, permintaan revisi di sini lebih keji. Marvel dikit banget revisi-an, bikin parno sendiri," tutupnya seraya tertawa.












































Empat ilustrator Indonesia yang bekerja untuk Marvel / Delia (detikHOT)