'Julian Day', Trauma Masa Lalu dari Elephant Kind

Jakarta -

Trio pop Elephant Kind baru saja menyelesaikan karya film pertamanya. Berangkat dari dua album mini, film tersebut diberi judul 'Julian Day'.

Malam tadi, bertempat di Pavilliun 28, Jakarta Selatan, Senin (28/3/2016), 'Julian Day' diputar secara eksklusif bersama para undangan, termasuk detikHOT. Secara garis besar, film pendek berdurasi sekitar 20 menit itu bercerita tentang rasa trauma seorang anak laki-laki.

Karakter utamanya, Julian (Bramastou), membuka film dengan ikatan emosi akan origami gajah. Hal itu melekat karena ayahnya menekan Julian untuk mencintai binatang yang dikenal penuh kasih sayang dan gemar menolong itu.

Tak hanya itu, ada juga pedometer (alat pengukur langkah) yang dititipkan sang ayah. "Kamu tidak boleh lebih dari 2000 langkah sehari," begitu kurang lebih ayah Julian menitip pesan. Hingga tak pelak ketika dewasa, gajah dan pedometer menjadi dua benda yang paling mengikat Julian, mungkin seumur hidupnya.

Dari bangku penonton, terlihat sutradara muda Gianni Fajri mencoba memaparkan isi kepala Julian dengan menggunakan tiga perempuan. Ada Tal (Widika Simore), Danya (Priscilla Jamail) dan Rahajeng Puspitasari (Ocean). Entah mana realita, mana imaji, tapi seakan ketiganya menggambarkan Julian dari tiga fase hidup, masa lalu, masa kini dan masa depan.

Namun sayang, karena plot cerita yang cukup banyak dan rapat (karena durasi yang pendek), 'Julian Day' sangat 'gemuk' sebagai sebuah film pendek. Walaupun, harus diakui sinematografi filmnya apik dan memanjakan. Apalagi bunyi-bunyian scoring yang memang sangat segar dan dirindukan di menit-menit selanjutnya.

'Julian Day' diproduseri oleh Annisa Abazh dan ditulis ceritanya oleh Irfan Ramly (Cahaya dari Timur). 'Scenarios (2014)' dan 'Promenades (2015)' menjadi dua album mini yang menjadi latar belakang utama 'Julian Day'.

(mif/mmu)