Tidak semua setuju dengan wacana dibukanya Daftar Negatif Investasi (DNI) bagi industri film di Indonesia. Beberapa pihak yang kontra menilai, DNI dapat menghancurkan sistem perfilman lokal lewat datangnya investasi dari luar negeri.
Benarkah seperti itu? Sutradara Joko Anwar mencoba memberikan pandangannya perihal beberapa penilaian kontra terhadap dampak yang mungkin terjadi jika DNI dibuka.
"Banyak film kita yang berhasil jalan karena dapat dukungan dari luar negeri. 'SITI' misalnya, dia dapat bantuan funding dari festival di Rotterdam. Begitupun dengan film saya 'A Copy of My Mind'," ujar Joko saat memberikan pernyataan di gedung Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (9/2/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Joko Anwar justru meminta agar para pihak yang kontra dapat lebih berpikiran terbuka.
"Pastinya investor itu mencari konten lokal kok. Mereka cari yang sesuai pasar mereka tanam modal dan nggak memaksakan kehendak bikin film yang sesuai sama budaya mereka," imbuh Joko lagi mengakhiri.
Ketiganya, bersama dengan 11 asosiasi perfilman nasional, di antaranya Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI), Rumah Aktor Indonesia (RAI), Indonesia Motion Picture and Audio Association (IMPAct) dan Penulis Indonesia untuk Layar Lebar (PILAR) baru saja menggelar pertemuan demi menyatakan sikap. Mereka sepakat untuk mendukung pemerintah membuka DNI bidang usaha film sektor eksibisi, distribusi, produksi dan teknik.