Somasi pertama dilayangkan Visinema Pictures pada 22 Januari lalu. Setelah itu dilanjutkan dengan somasi kedua pada 29 Januari, dan sudah diterima oleh penulis buku kumpulan cerpen 'Surat dari Praha' Yusri Fajar sebagai pihak penuduh.
"Sampai saat ini somasi kami belum pernah ditanggapi. Dengan begitu kami sudah menunjukkan itikad baik namun selalu ditolak oleh Saudara Yusri Fajar dan kuasa hukumnya," ungkap sutradara film 'Surat dari Praha' sekaligus CEO Visinema Pictures, Angga Dwimas Sasongko, dalam jumpa pers di Kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Senin (1/2/2016).
"Kami juga punya bukti dimana somasi tersebut sudah diterima oleh Saudara Yusri Fajar. Sedangkan Saudara Yusri Fajar yang katanya sudah melayangkan somasi kepada kami, perlu digarisbawahi, kami tidak pernah menerima somasi secara resmi berdasarkan hukum. Sehingga sulit bagi kami mempelajari dan merespons keberatan saudara Yusri Fajar," sambung Angga.
![]() |
Kuasa Hukum Visinema Pictures, Aris Marasabessy, SH yang turut hadir dalam jumpa pers juga angkat bicara. Mereka secara resmi meminta Fajar Yusri untuk mengklarifikasi dan meminta maaf secara terbuka.
"Buat kami ini adalah pencemaran nama baik kepada secara profesional dan juga kepada rekanan kami. Jadi, kami meminta saudara Fajar Yusri untuk meminta maaf dan mengklarifikasi secara terbuka," tutur Aris Marasabessy, SH.
"Kami akan follow up mungkin sekitar empat hari ke depan. Jika memang tidak ada itikad baik, maka akan proses secara hukum," tegasnya.
Fajar Yusri menuduh film 'Surat dari Praha' melakukan plagiarisme atas cerpen yang terhimpun dalam buku berjudul sama karyanya, yang terbit pada 2012. Dalam petisi berjudul 'Tolak Film Surat dari Praha' yang dimuat di situs change.org, ada empat poin yang dijadikan tuduhan. Yakni, judul, alur cerita dan lokasi, cover dan poster serta kesamaan media surat yang dipakai sebagai temanya.
Berdasarkan UU no. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, Visinema Pictures menyangkal tuduhan tersebut.
"Ada kerugian yang ditimbulkan pada reputasi profesional kami dan rekanan. Kami merasa reputasi kami lebih berharga dari apapun. Karena kami tidak berbicara ekonomi di sini," timpal Angga lagi.
"Bahkan jika bicara kesamaan, judul 'Surat dari Praha' atau 'Letters from Prague' secara buku, itu sudah pernah digunakan. Suu Gee pernah menulis pada 1994, juga oleh Raya Czerner Schapiro dan Helga Czerner Weinberg pada 1991. Dan itu tidak jadi masalah," tegas sutradara yang sebelumnya menggarap film 'Filosofi Kopi' itu.