Lupakan sejenak hubungan antara Netlfix dan Lembaga Sensor Film (LSF). Karena ada pihak lain yang juga tidak kalah penting dan terkait erat, yakni bioskop XXI Cineplex.
Tentu saja XXI sebagai jaringan bioskop nasional terkena pengaruh dari layanan video streaming asal Amerika Serikat itu. Mungkin tidak hari ini karena Netflix juga baru beroperasi selama enam hari, tapi bagaimana nasibnya di bulan atau tahun-tahun ke depan?
Masalahnya, melalui Netflix, penonton dapat menikmati ratusan atau bahkan ribuan konten film dan serial televisi berkualitas sepanjang waktu dan di mana saja dengan biaya yang terbilang ekonomis. Untuk paket Basic Rp 109 ribu, paket Standar Rp 139 ribu dan Premium Rp 169 ribu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sampai saat ini, Netflix Indonesia belum memiliki konten lokal, baik film panjang maupun serial. Apabila nantinya konten lokal masuk dan banyak sineas yang digandeng untuk kerja sama, tentunya hal ini ikut menambah beban pikiran XXI.
Bukan tidak mungkin Netflix justru menjadi platform andalan bagi para filmmaker Indonesia untuk memutar hasil karyanya. Ada sistem royalti yang mungkin lebih jelas, ditambah lagi tidak perlu menunggu jadwal tayang sehingga tiap film mendapatkan kesempatan yang sama.
Berkaca pada apa yang terjadi pada ranah musik, ternyata layanan streaming belum bisa bicara banyak di Indonesia. Walaupun tutupnya toko-toko besar penjual kaset dan CD musik, tetap saja masih banyak toko kecil di luar sana yang tumbuh pesat. Studio rekaman pertama di Indonesia, Lokananta di Solo juga masih terus memesan pita kaset karena adanya permintaan untuk produksi hingga hari ini.
Lantas, akankah kehadiran Netflix bisa menggerus eksistensi XXI? Sayangnya, pihak XXI masih belum memberikan komentar apapun. detikHOT yang mencoba menghubungi Corporate Secretary XXI Cineplex, Catherine Keng berujung nihil.
Sepertinya, hanya waktu yang bisa menjawabnya.